• 
• 
• 

Sumber foto: http://www.unicef.org/moldova/media_27963.htm

  Apakah Anda tahu dimana vaksin harus disimpan ? Apakah cukup hanya disimpan pada suhu ruangan saja ? Tentunya vaksin adalah produk biologis yang membutuhkan penanganan khusus dalam hal penyimpanan, sebelum diberikan ke tubuh manusia. Vaksin yang terpapar oleh suhu di luar kisaran yang dianjurkan dapat mengurangi potensi dan kemampuan proteksinya. Kesalahan dalam penyimpanan vaksin, dapat berdampak pada terbuangnya miliaran rupiah akibat vaksin tidak layak pakai (rusak) dan pengulangan imunisasi karena vaksin yang sebelumnya tidak bekerja dengan baik.   Ada dua vaksin berdasarkan ketahannya terhadap suhu luar (lingkungan) yaitu vaksin yang tahan terhadap suhu panas (heat stable) dan vaksin yang tidak tahan terhadap suhu panas (heat labile). Umumnya, vaksin hidup seperti Vaksin BCG, Vaksin OPV, Vaksin Campak, Vaksin MMR, Vaksin Varisela, dan Vaksin Rotavirus tidak tahan terhadap suhu lingkungan, khususnya jika terkena sinar matahari. Vaksin hidup bisa disimpan dengan cara dibekukan.   Sementara itu, vaksin mati seperti Vaksin DPT, Vaksin Hib, Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hepatitis A, Vaksin Pneumokokus, dan Vaksin Tifoid, lebih stabil berada di dalam suhu panas. Namun, paparan terhadap suhu dingin, khususnya di bawah nol derajat (beku), dapat merusak vaksin. Oleh karena itu, vaksin mati harus disimpan di dalam suhu tertentu, yaitu antara 2 hingga 8 derajat Celcius (disimpan dalam kulkas bawah atau kulkas khusus vaksin), agar vaksin tidak rusak dan mutunya tetap terjaga.   Hal ini disebut dengan rantai dingin atau cold chain. Kulkas tempat menyimpan vaksin harus dilengkapi dengan termometer agar suhu kulkas dapat selalu dipantau. Beberapa vaksin, khususnya produksi Bio Farma, dilengkapi dengan Vaccine Vial Monitor (VVM) untuk memantau mutu vaksin.   (FG)   Sumber : dr. Arifianto, Sp.A . 2014. Pro Kontra Imunisasi: Agar tak salah memilih demi kesehatan buah hati. Jakarta: PT. Mizan Republika