'Kothek Lesung' Dikerahkan untuk Sosialisasi ASI di Klaten

Admin | Rabu, 7 November 2012

Kegiatan Posyandu merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat untuk memantau kesehatan dan perkembangan balita. Tetapi sayangnya, jumlah balita yang datang ke Posyandu semakin berkurang, sehingga diperlukan promosi yang lebih menarik seperti melibatkan kesenian daerah semacam 'kothek lesung'. Posyandu atau pos pelayanan terpadu berfungsi sebagai fasilitator kesehatan bagi balita dan ibu hamil untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan, imunisasi, pemberian vitamin, pemantauan perkembangan balita dan ibu hamil serta bimbingan konseling terhadap masalah yang dihadapi balita dan ibu hamil. Promosi tentang Posyandu yang semakin berkurang di kalangan masyarakat menyebabkan kurangnya kesadaran orang tua dan ibu hamil untuk terus memantau kesehatan dan perkembangan balita atau janin. Selain itu masalah yang sering dialami oleh Posyandu adalah kurangnya regenerasi kader yang menyebabkan Posyandu kekurangan tenaga ahli. Pada tinjauan lapangan dalam upaya peningkatan gizi di Kabupaten Klaten oleh pemerintah Indonesia, UNICEF dan Uni Eropa, Posyandu di desa Pugeran, kecamatan Karangdowo cukup menarik perhatian karena memiliki sarana promosi yang unik. Himbauan terhadap berbagai program Posyandu seperti peningkatan gizi dan pemberian ASI disampaikan melalui lagulagu yang dimainkan dengan iringan musik tradisional 'kothek lesung'. Alat musik ini berupa lesung, tempat menumbuk padi tradisional, yang dipukul menggunakan alu, penumbuknya, hingga mengeluarkan bunyi yang berirama dan nyaring. Nyanyian yang dibawakan juga unik karena menggubah lirik lagulagu yang sedang terkenal di kalangan masyarakat dengan lirik seputar kesehatan, misalnya tentang ASI dan gizi. Kothek lesung ini selalu dibawakan oleh ibuibu paruh baya yang tergabung dalam kelompok 'Wanito Laras Manunggal' setiap kali diadakan Posyandu atau pertemuan kader Posyandu tingkat kecamatan. Tujuannya adalah untuk mempromosikan kegiatan Posyandu dan menyampaikan pesan kesehatan dengan cara yang lebih menarik namun bersifat informatif. Hal ini dapat meningkatkan minat dan antusiasme masyarakat terhadap kegiatan Posyandu agar lebih peduli terhadap kesehatan balita dan ibu hamil. "Kami telah memberikan penyuluhan kepada para tenaga kesehatan di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 dan sekarang kami kembali memantau implementasinya setelah 4 tahun, hasilnya sangat signifikan dan terjadi peningkatan gizi balita," kata Sonia Blaney, ahli gizi UNICEF Indonesia kepada DetikHealth, Selasa (30/10/2012). Posyandu tersebut juga mengembangkan program bimbingan konseling yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu bimbingan konseling Bumil (ibu hamil), balita usia kurang dari 6 bulan, dan Baduta (balita usia kurang dari 2 tahun). Konseling dilakukan dengan penyampaian keluhan atau pertanyaan seputar kondisi kesehatan balita maupun kehamilan. Kader Posyandu yang menangani konseling dapat menjawab pertanyaan dan memberikan saran terhadap keluhan yang dialami oleh balita atau ibu hamil. Konseling pada kelompok Bumil bisa berupa bagaimana cara meredakan mual muntah ketika hamil, pemenuhan gizi yang baik untuk janin, dan mempersiapkan kelahiran. Sedangkan konseling untuk kelompok balita di bawah usia 6 bulan dapat berupa cara menyusui yang tepat dan masalahmasalah kesehatan lainnya. Pada kelompok Baduta mungkin akan ditemui masalah seperti bagaimana pemberian makanan pendamping ASI yang baik, bagaimana mengasah kemampuan otak anak sejak dini, dan lain sebagainya. Harapannya melalui Posyandu yang dapat menjadi fasilitator kesehatan yang baik bagi balita dan ibu hamil, dapat mengurangi jumlah balita kekurangan gizi dan risiko terhambatnya pertumbuhan tinggi balita (stunting) dan menuntaskan masalah ini. (vit/vit)

sumber : http://health.detik.com/read/2012/10/31/112440/2077250/763/kotheklesungdikerahkanuntuksosialisasiasidiklaten

Tagged :