Mitos vs Fakta Imunisasi

Admin | Selasa, 20 September 2016

fact-or-myth-new

Sumber : Keywords-suggestions.com

            Banyaknya mitos yang masih beredar di masyarakat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman pada masyarakat. Berbagai isu terkait imunisasi kerap menjadi topik hangat dalam pemberitaan berbagai media. Berikut merupakan beberapa mitos yang beredar dan faktanya.   Mitos Anak yang sedang sakit tidak boleh diimunisasi.   Fakta Anak yang sakit ringan tetap dapat diimunisasi.   Sebagian orangtua khawatir, anak yang sedang sakit berarti daya tahan tubuhnya sedang menurun sehingga pemberian imunisasi dikhawatirkan tidak akan menghasilkan respons imun yang baik atau, justru meningkatkan resiko efek samping (KIPI). Pandangan seperti ini membuat orangtua beranggapan bahwa sistem imun sedang memerangi infeksi sehingga jangan semakin dibebani dengan imunisasi. Apakah pandangan ini benar ?   Ternyata tidak benar. Respons antibodi yang dihasilkan oleh vaksin dan angka KIPI kepada anak – anak sakit ringan/sedang yang diimunisasi sama dengan yang terjadi kepada anak – anak sehat yang diimunisasi. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kadar antibodi protektif pascaimunisasi tidak dipengaruhi oleh kondisi penyakit yang sedang diderita, seperti infeksi saluran napas atas, otitis media (infeksi telinga tengah), demam, infeksi kulit, atau diare.   Terkecuali, jika anak mengalami sakit berat, seperti Pneumonia akibat bakteri atau Meningitis. Dalam kondisi ini, pemberian imunisasi dapat ditunda. Namun, penundaan bukan karena respons imun yang dibentuk oleh vaksin tidak memadai (adekuat), tetapi karena adanya gejala pascaimunisasi yang akan membingungkan: apakah karena vaksin atau penyaitnya ?   Mitos Anak yang tidak mengalami demam setelah diimunisasi, menunjukkan vaksinnya tidak bekerja.   Fakta Tidak semua vaksin mempunyai KIPI yang sama, termasuk KIPI berupa demam.   Potensi kerja suatu vaksin dinilai dari imunogenisitas-nya, yang dapat diukur dari kadar antibodi dalam darah. Demam adalah salah satu KIPI yang menunjukkan reaktogenisitas vaksin, yaitu respons berupa gejala – gejala yang dialami tubuh pascaimunisasi, yang umumnya tidak nyaman. Kesimpulannya, imunogenisitas dan reaktogenisitas adalah dua hal yang berbeda. Vaksin tetap bekerja, walaupun tidak ada gejala demam sesudahnya.   Mitos Setelah mendapatkan Vaksin Polio tetes, bayi tidak boleh diberi ASI atau susu formula selama beberapa saat.   Fakta Pemberian ASI atau susu formula setelah mendapatkan Vaksin Polio tidak memengaruhi antibodi yang dibentuk oleh vaksin.   Pandangan mengenai hal ini diuji dalam penelitian John dan kawan – kawan di India yang dipublikasi pada 1976. Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pemberian ASI atau susu formula setelah imunisasi Polio tetes tidak memengaruhi antibodi yang dibentuk oleh vaksin. Dengan demikian, tidak masalah menyusui bayi setelah mendapatkan tetesan vaksin polio. (FG) Sumber : dr. Arifianto, Sp.A . 2014. Pro Kontra Imunisasi: Agar tak salah memilih demi kesehatan buah hati. Jakarta: PT. Mizan Republika

Tagged :