Imunisasi Bermanfaat dan Penting untuk Mencegah Penyakit Berbahaya pada Bayi dan Balita ( 4 ) Akhir
Admin | Kamis, 16 Januari 2014
[caption id="attachment_4056" align="aligncenter" width="500"]
www.thehealthage.com[/caption]

Setiap hari imunisasi dilakukan di seluruh dunia,
dikaji dan di awasi para ahli dan badan pemerintah semua negara
dr. Soedjatmiko, SpAK (MSi)
Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Anggota Indonesia Technical Advisory Group for Immunization
Setelah diimunisasi kadangkadang timbul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) Setelah imunisasi kadangkadang timbul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) demam ringan sampai tinggi, bengkak, kemerahan, agak rewel. Itu adalah reaksi yang umum terjadi setelah imunisasi. Umumnya akan hilang dalam 34 hari, walaupun kadangkadang ada yang berlangsung lebih lama. Boleh diberikan obat penurun panas tiap 4 jam, dikompres air hangat, pakaian tipis, jangan diselimuti, sering minum ASI, jus buah atau susu. Bila tidak ada perbaikan, atau bertambah berat segera kontrol ke dokter.
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) harus dikonfirmasi oleh tim ahli
Adanya berita di media masa tentang kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat, perlu dikonfirmasi kepada ahliahli di bidangnya. Contoh : kasus Sinta Bela yang menurut orangtuanya lumpuh setelah diimunisasi, dilakukan sidang di Polda Metro Jaya. Berdasarkan pemeriksaan oleh dokterdokter ahli dibidangnya, dari foto tulang belakang terbukti kelumpuhannya karena tuberkulosis di tulang belakang yang sudah berlangsung lama, bukan karena imunisasi.
Ketika wabah polio di Jawa Barat, beberapa anak lumpuh setelah mendapat vaksin polio. Dengan pemeriksaan virus (virologi) terbukti bahwa kelumpuhan tersebut diakibatkan virus polio liar yang sudah menyerang anak tersebut sebelum ia mendapat imunisasi polio.
Autisme yang dulu diduga akibat merkuri atau vaksinasi MMR, ternyata berbagai lembaga penelitian resmi di luar negeri menyatakan tidak ada hubungan MMR dengan autisme atau kandungan merkuri di dalam tubuhnya ternyata tidak tinggi.
Merkuri (tiomersal, timerosal) dalam jumlah yang sangat sedikit perlu untuk mengawetkan vaksin agar kualitasnya tetap baik. Karena jumlahnya sangat sedikit, maka masih jauh dari ambang batas yang berbahaya, yang ditentukan oleh berbagai ahliahli di badanbadan pengawasan internasional. Tidak ada larangan penggunaan merkuri dalam vaksin asal jumlahnya sesuai dengan ketentuan internasional tersebut.
Beberapa KIPI berat lain, setelah diperiksa oleh ahliahli di bidangnya terbukti bahwa KIPI tersebut akibat penyakit lain yang sudah ada sebelumnya, bukan oleh imunisasi.
Oleh karena itu untuk menentukan apakah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) ada hubungan dengan vaksin atau tidak, harus di kaji secara ilmiah oleh suatu tim ahli (dokter spesialis anak, ahli imunologi, mikrobiologi, farmakologi, toksikologi, dll) antara lain di Komisariat Daerah (Komda) KIPI yang ada di Propinsi atau Komisariat Nasional (Komnas) KIPI di Jakarta. Tidak bisa ditentukan oleh bukan tim ahli KIPI.
Lebih banyak kecelakaan lalu lintas daripada KIPI berat
Sangat jarang terjadi KIPI berat. Kemungkinan KIPI berat 1 kejadian dalam: 2 juta dosis. Kalau ada 22 juta balita, kemungkinan terjadinya KIPI berat sekitar 11 anak.
Lebih banyak korban kecelakaan lalu lintas akibat sepeda motor, bus, mobil, dibanding KIPI berat karena imunisasi. Oleh karena itu masyarakat harusnya lebih takut pada kecelakaan lalu lintas ketimbang karena imunisasi.
\Setelah diimunisasi masih bisa terkena penyakit, tetapi jauh lebih ringan
Perlindungan imunisasi memang tidak 100 %, artinya setelah diimunisasi, bayi dan anak masih bisa terkena penyakitpenyakit tersebut, tetapi kemungkinannya hanya kecil (5 15 %), jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Bukan berarti imunisasi itu gagal atau tidak berguna, karena perlindungan imunisasi memang sekitar 80 95 %.
Penelitian epidemiologi di Indonesia dan negaranegara lain, ketika ada wabah campak, difteri atau polio, anak yang sudah mendapat imunisasi dasar lengkap sangat jarang yang tertular, bila tertular umumnya hanya ringan, sebentar dan tidak berbahaya.
Tetapi anak yang tidak mendapat imunisasi, ketika ada wabah, lebih banyak yang sakit berat, meninggal atau cacat. Berarti imunisasi terbukti effektif mencegah sakit berat, kematian atau cacat akibat penyakitpenyakit tersebut.
Bayi yang belum imunisasi lengkap rawan sakit berat dan menjadi sumber penularan
Bayi bayi di Indonesia yang di imunisasi setiap tahun sekitar 90 % dari sekitar 4,5 juta bayi yang lahir. Hal itu karena masih ada hambatan geografis, jarak, jangkauan layanan, transportasi, ekonomi dll. Artinya setiap tahun ada 10 % bayi (sekitar 450.000 bayi) yang belum mendapat imunisasi, sehingga dalam 5 tahun menjadi 2 juta anak yang belum mendapat imunisai dasar lengkap.
Bila terjadi wabah, maka 2 juta balita yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap akan mudah tertular penyakit berbahaya tersebut, akan sakit berat, meninggal atau cacat. Selain itu mereka dapat menyebarkan penyakit tersebut kemanamana bahkan sampai ke negara lain, seperti kasus polio yang sangat merepotkan dan menghebohkan seluruh dunia.
Oleh karena itu marilah kita bersamasama mengajak tetangga, saudara dan kenalan untuk melengkapi imunisasi bayi dan balita kita, agar terhindar dari sakit berat, kematian atau cacat, dan mencegah penularan penyakit yang lebih luas kepada anakanak lain. Tagged :