Waspadai Penularan Penyakit di Lingkungan Sekolah
Admin | Senin, 29 Agustus 2016
[caption id="attachment_6471" align="alignnone" width="673"]
Sumber: liputan6.com/ Faizal Fanani[/caption]
Sesungguhnya, setiap orang dapat terinfeksi kuman penyakit di mana dan kapan saja, termasuk di lingkungan kerja bagi orang dewasa atau pun sekolah bagi anak-anak. Sekolah merupakan tempat berkumpulnya ratusan murid. Sehingga, jika salah satu murid sakit, dapat berpontensi menularkan penyakit kepada teman-temannya.
Seperti yang dikutip dari tulisan dr. Samsuridjal Djauzi di tribunnews.com, salah satu cara menjaga diri dari penularan penyakit dengan menjaga kebersihan, baik kebersihan diri, maupun kebersihan lingkungan. Dimulai dari hal kecil seperti mencuci tangan saat hendak makan atau minum, tentunya juga dengan makanan dan minuman yang bersih dan sehat. Kemudian, dilengkapi dengan olahraga secara rutin.
Selain pola hidup sehat yang dijalani, upaya penting dalam mencegah penyakit menular adalah dengan imunisasi. Penularan penyakit di sekolah dapat melalui udara maupun makanan atau minuman. Penyakit yang menulr melalui udara misalnya influenza, campak, cacar air, difetri, dan tuberculosis. Ada juga penyakit yang menular melalui makanan atau minuman tercemar, seperti hepatitis A, demam tifoid, disentri, dan sebagainya.
Untuk penyakit yang menular melalui udara, siswa yang sedang sakit harus diliburkan sampai tidak berpotensi menularkan penyakit pada orang lain. Dokter biasanya akan memberi surat istirahat sampai siswa yang sakit tersebut tidak menularkan penyakit kepada teman-temannya. Tentu, yang berpotensi menularkan adalah siswa sakit yang belum berobat ke dokter dan tetap datang ke sekolah.
Biasanya, ketika guru mengetahui siswa sakit, jika ada dokter sekolah, guru akan menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sekolah. Atau jika tidak ada dokter, biasanay guru akan menghubungi orang tua dan menyarankan siswa untuk beristirahat di rumah hingga sembuh.
Penyakit-penyakit menular yang telah disebutkan di atas, juga dapat dicegah dengan melakukan imunisasi pada anak. Risiko tertular penyakit akan lebih rendah ketika siswa telah menjalankan imunisasi yang dianjurkan. Seperti yang baru dilakukan SDIT Ahmad Yani Malang, dimana 205 siswanya diberi imunisasi anti difetri.
Salah satu penyebab utama penularan penyakit di sekolah adalah melalui jajanan yang tercemar. Seperti yang dilansir oleh health.liputan6.com, data Riskesdas 2010 mencatat, camilan anak memiliki kontribusi untuk mencukupi kebutuhan energi 24 persen, protein 19 persen, lemak 29 persen, karbohidrat 25 persen, dan kebutuhan mineral lainnya. Mirisnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) justru menemukan, hampir sebagian besar jajanan anak justru tidak sehat atau sekitar 44 persennya memiliki zat adiktif.
Kepala bidang SD Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Dr. Kanti Herawati mengungkapkan, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada jajajnan kaki lima banyak mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) illegal, seperti Borax (pengempal yang mengandung logm berat Boron), Formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), Rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan Methanol Yellow (pewarna kuning pada tekstil).
BPOM secara rutin melakukan sidak teratur dengan pengambilan sampel dan pengujian pangan jajanan anak sekolah, edukasi kepada pedagang dengan dagangan yang mengandung bahan berbahaya agar tidak menggunakannya kembali, serta membuat pangan jajanan anak sekolah yang memenuhi persyaratan kesehatan.
“Dari jenis cemaran, presentasi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang tercemar bahan berbahaya turun 18 persen pada tahun 2010 menjadi 9 persen pada tahun 2014. Penggunaan BTP yang melebihi takaran juga menurun. Namun, hal ini masih menjadi tantangan besar semua pihak untuk memperbaiki kualitas PJAS,” ujar Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOK Drs. Halim Nababan, MM.
Kepedulian orang tua terhadap pencegahan penyakit di sekolah dan juga terhadap asupan makanan anak sangat penting. Sehingga akan tumbuh kerja sama yang baik antara orang tua murid, murid, guru, serta dokter kesehatan di sekolah, yang kemudian dapat meningkatkan taraf kesehatan siswa di sekolah. (NNS)
Sumber:

- liputan6.com
- tribunnews.com
Tagged :