Mengenal Penyakit Pertusis
Admin | Kamis, 29 Maret 2018
Pertusis atau Batuk rejan adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh terjadinya infeksi saluran dan lapisan lendir dalam tubuh yang mempengaruhi tenggorokan dan cabangcabang tenggorokan atau bronkus. Terdapat cirri khas dari penyakit ini, yaitu batuk khas yang diikuti dengan asupan tajam nafas yang terdengar seperti teriakan. Hal semacam ini sering disebut Batuk 100 hari. Hal ini dikarenakan batuk rejan ini bisa dialami oleh orang yang terinfeksi selama berbulanbulan.
Batuk rejan adalah penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Bordetella Pertusis. Yaitu suatu kokobasilus gram negative yang tidak berspora. Bakteri ini mampu bertahan pada suhu 100C, dan bisa mati pada pemanasan dengan suhu 500C selama setengah jam.Bakteri ini dapat menular dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui udara atau dahak yang dikeluarkan oleh penderita, atau bisa juga melalui barang-barang yang telah terkontaminasi. Seperti mainan, sapu tangan pada anak-anak. Bakteri ini sangat mudah menyerang orang yang memiliki daya tahan tubuh sangat rendah. Ketika penderita batuk atau bersin maka ribuan kuman akan menyebar di lingkungan sekitar. Bakteri ini menginvasi sel epitel bersilia saluran nafas, kemudian bermultiplikasi dan menghasilkan toxin sehingga menyebabkan inflamasi dan neekrosis trakea dan bronkus. Terjadi pembengkakan kelenjar limfoid peribronkial dan nekrose sel epitel basal pada bronkus.
Proses Infeksi dan gejala Proses infeksi berlangsung selama 6 minggu yang berkembang melalui 4 fase. Yaitu: 1) Stadium Kataral Terjadi 710 hari setelah terinfeksi. Ditandai dengan gejala seperti flu ringan yaitu bersin-bersin, mata berair, nafsu makan menurun, batuk, lesu. 2) Stadium Paroximal Terjadi 1014 hari setelah gejala pertama. Pada fase ini baru timbul gejala khas berupa batuk paroksimal atau hebat dengan frekuensi 510 kali. gejalanya adalah selama batuk, anak tidak dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk, anak menarik nafas dengan cepat dan dalam sehingga terdengar bunyi melengking dan kadang disertai muntahmuntah. 3) Stadium Paroksismal Pada tahap ini berlangsung 48 minggu. Gejalanya adalah pada bayi batuk tidak khas, suara melengking tidak ada tetapi sering disertai dengan henti nafas sehingga bayi menjadi lemas. 4) Stadium Konnvalens Terjadi selama 46 minggu setelah gejala awal.
Penyakit ini lebih banyak dialami oleh anakanak daripada orang dewasa. Perbandingannya 60% untuk bayi dan anakanak dan 40% untuk orang dewasa. Pada bayi serangan batuk dapat terjadi setelah makan.. Untuk Bayi dan anakanak penyakit ini bisa sangat membahayakan. Dan untuk infeksi pada orang dewasa biasanya ringan. Infeksi pada wanita hamil namun mungkin parah. Dalam kasuskasus yang ada juga meningkat ini risiko ibu menularkan infeksi kepada bayinya. Dan jika tidak segera di obati, batuk rejan ini berpotensi menimbulkan penyakit komplikasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit ini adalah Pneumonia, Encephalitis, hipertensi pada paru, dan berbagai macam infeksi, radang paruparu, bronchiectasis, dan bahkan kejang.
Pencegahan batuk rejan 1. Pemberian vaksin. Vaksin yang dimaksud adalah Vaksinasi DPT ( Difteri Pertusis Tetanus). Vaksin diberikan pada usia 2, 4, 6, 18 bulan dan 46 tahun. Pemberian vaksin secara rutin akan mengurangi jumlah kasus batuk rejan. Karena vaksin ini cukup signifikan untuk mencegah pertusis. Berdasarkan penelitian di Inggris, sebelum ada vaksin kasus kejadiannya 200.000/tahun. Tapi setelah ada vaksinnya hanya 2.000 kasus/tahun. 2. Menghindari orang yang terinfeksi. 3. Segera deteksi dini jika mengalami batuk disertai dengan sesak nafas.
Pengobatan batuk rejan 1. Pemberian Antibiotik Peran antibiotik diperdebatkan. Namun, karena diagnosis sering sulit di tahaptahap awal, antibiotik mungkin diperlukan. Jadi, penyakit batuk ini tidak bisa hilang dengan sendirinya tanpa adanya bantuan obat seperti antibiotik. Deteksi penyakit sedini mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi pada bayi dan juga orang dewasa. 2. Mendukung terapi untuk kasus-kasus yang parah Ini termasuk penggunaan cairan oksigenasi dan intravena pada rawat inap. 3. Mendukung perawatan di rumah Mendukung perawatan di rumah termasuk minum banyak cairan, sup, jus dll untuk mencegah dehidrasi dan mengambil makanan kecil dan sering untuk mencegah muntah. Rumah harus dibebaskan dari iritasi yang dapat mengakibatkan batuk. Ini termasuk asap, debu asap kimia, dll. (RSZ).
Sumber :
- batukflu.com
Tagged :