Mitos dan Fakta Vaksin Hepatitis yang Wajib Diketahui

Poetri | Rabu, 13 Maret 2019

Vaksin merupakan cara terbaik untuk mencegah berbagai macam penyakit. Sayangnya ada banyak mitos yang beredar di masyarakat namun tidak bisa dijelaskan kebenarannya. Maka, penting mengetahui fakta sebenarnya dari vaksin termasuk vaksin hepatitis.

Hepatitis merupakan penyakit yang menyerang organ hati. Jenis penyakit ini bisa jadi mengakibatkan penyakit serius seperti kanker hati, sirosis bahkan dapat berujung kematian. Pencegahan yang paling ampuh untuk penyakit ini adalah dengan menggunakan vaksin. Yuk kenali lebih dekat mitos serta fakta sebenarnya seputar vaksin hepatitis.

Mitos: Vaksin Hepatitis memiliki efek samping

Faktanya, vaksin Hepatitis tidak menyebabkan demam. Efek yang mungkin terjadi adalah rasa sakit atau nyeri, kemerahan serta adanya pembengkakkan di sekitar tempat penyuntikkan. Reaksi yang muncul sifatnya ringan dan biasanya berkurang setelah proses vaksinasi selesai. Jika pernah punya riwayat alergi atau reaksi berlebihan saat imunisasi, penting bagi seseorang untuk melaporkannya kepada petugas kesehatan.

Mitos: vaksin Hepatitis bisa gagal

Faktanya, efektifitas dari vaksin Hepatitis terbilang cukup tinggi sebab mencapai 95%. Perlu diingat bahwa efektifitas ini akan terjadi pada orang yang divaksin dengan lengkap sesuai dengan jadwal serta dosis yang dianjurkan oleh dokter. Sebab, ada kemungkinan 5% hiporesponder terhadap vaksinasi yang lengkap. Jika terjadi segera untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menambah serial vaksinasi berikutnya.

Mitos: Mencegah Hepatitis tidak perlu vaksin, cukup melakukan gaya hidup sehat

Faktanya, cara terbaik dan paling efektif untuk mencegah Hepatitis adalah dengan vaksinasi. Manusia tidak bisa mengetahui kapan risiko Hepatitis tersebut muncul dan adanya bahaya tertular.

Mitos: Orang dewasa tidak perlu mendapatkan vaksin Hepatitis

Orang dewasa yang belum mendapatkan vaksin hepatitis B seluruhnya perlu mendapatkan vaksinasi tersebut. Penyakit hepatitis B menyebar saat darah, air mani atau cairan tubuh lainnya yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang yang tidak terinfeksi. Seseorang bisa terinfeksi virus melalui kelahiran (ibu dengan hepatitis B dapat menularkan ke anak saat dilahirkan atau setelah kelahiran).

Benda-benda yang dipakai bersama misalnya pisau cukur atau sikat gigi yang dipakai bersama dengan orang yang terinfeksi bisa menjadi cara penularan. Maka, orang dengan pasangan terinfeksi Hepatitis atau petugas kesehatan yang berinteraksi dengan cairan dan darah harus mendapatkan vaksin Hepatitis.