Apakah Bahan Dasar Vaksin Cuma dari Babi?

Admin | Minggu, 24 Juni 2012

Vaksin pada dasarnya bertujuan membantu tubuh menghasilkan antibodi dan melindungi terhadap penyakit. Namun beberapa kalangan menolak menerima vaksin atau memberikan vaksin pada anaknya karena alasan bahan dasar vaksin adalah babi. Benarkah demikian? Vaksin adalah bakteri atau virus yang telah dilemahkan, yang dimasukkan ke dalam tubuh baik secara injeksi ataupun oral yang berguna untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh.Saat ini lebih dari 190 negara secara terus menerus melakukan imunisasi untuk bayi dan balita. Di negara tersebut terdapat institusi resmi yang meneliti dan mengawasi vaksin, yang beranggotakan dokter ahli penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, epidemiologi, biostatistika dan lainlain. Sampai saat ini tidak ada negara yang melarang imunisasi, justru semua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90 persen (artinya lebih dari 90 persen anak atau bayi telah mendapat imunisasi). Tapi di berbagai negara, ada saja kelompokkelompok tertentu yang menentang pemberian vaksin. Salah satunya karena vaksin dianggap berbahan dasar babi. "Tidak benar bahwa bahan dasar pembuatan vaksin hanya dari babi. Vaksin terdiri dari virus dan bakteri yang dilemahkan. Vaksin yang diedarkan kepada masyarakat sudah melalui proses yang ketat dari segi kualitas, efektifitas dan keamanan vaksin. Di dalam negeri dilakukan oleh badan POM dan untuk ekspor dilakukan penilaian kualitas dan mutu vaksin oleh World Health Organization (WHO)," jelas dr Novilia Sjafri Bachtiar, M.Kes, Kepala Bagian Evaluasi Produk PT Bio Farma (Persero), saat dihubungi detikHealth, Rabu (20/6/2012). Dalam pembuatan vaksin, unsur binatang termasuk babi sering dipakai sebagai media untuk membiakkan bibit vaksin dari kuman yang dilemahkan. Media ini berfungsi sebagai pemotong rantai kimia tertentu, sehingga bersinggungan dengan bahan baku pembuatan vaksin. Namun dengan berkembangnya teknologi, pembuatan vaksin pun sudah tidak lagi dibiakkan pada embrio anjing, babi atau manusia. "Pendapat tersebut bersumber dari tulisan 50 tahun lalu (tahun 19611962). Teknologi pembuatan vaksin telah berkembang sangat pesat, sehingga sangat jauh berbeda dengan pembuatan vaksin pada tahun 1950an. Saat ini, tidak ada vaksin yang terbuat dari nanah atau dibiakkan embrio anjing, babi atau manusia," tulis Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Sekretaris Satgas Imunisasi PP IDAI, dalam penjelasannya pada detikHealth. Menurut Dr. Soedjatmiko, pada proses penyemaian induk bibit vaksin tertentu 1520 tahun lalu, proses panen bibit vaksin tersebut bersinggungan dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi induk bibit vaksin tersebut kemudian dicuci dan dibersihkan total dengan cara ultrafilterisasi ratusan kali, sehingga vaksin yang diberikan kepada anak tidak mengandung tripsin babi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan khusus. "Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa vaksin tersebut dapat dipakai, selama belum ada penggantinya. Contoh vaksin meningokokus haji diwajibkan oleh Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk mencegah radang otak karena meningokokus," lanjut Dr. Soedjatmiko. Lagipula, vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Bio Farma Bandung, pabrik vaksin BUMN yang telah berpengalaman selama 120 tahun, dengan mayoritas karyawannya adalah muslim. Proses penelitian dan pembuatannya pun mendapat pengawasan ketat dari ahliahli vaksin di BPOM dan WHO. Dan sejak tahun 1997 sampai saat ini, PT Bio Farma pun telah mengekspor produknya ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam seperti Iran, Pakistan, Malaysia, Mesir dan negara lainnya seperti India, Thailand, Afrika Selatan dan lainnya. (mer/ir) sumber : http://health.detik.com/read/2012/06/20/145411/1946241/775/apakahbahandasarvaksincumadaribabi

Tagged :