Flu Singapura, Jangan Sepelekan meski Tak Mematikan

Admin | Selasa, 29 Mei 2012

TIDAK seperti flu pada umumnya, flu singapura tak hanya ditandai dengan batuk dan pilek. Penderita akan mengalami ruam merah dan lesi di tubuh. Penularannya sangat mudah dan cepat, orangtua pun perlu sigap mengantisipasinya.Sudah tiga hari Gwen menderita flu. Si kecil yang baru genap 15 bulan ini terkena batukpilek. Namun menurut Novelia, flu yang menjangkiti putrinya tersebut bukan seperti flu biasa. Di tubuh Gwen kemudian muncul ruam merah dan lesilesi yang berair seperti cacar air. Dokter memvonis Gwen terjangkit flu singapura. Apa sebenarnya penyakit ini?
Flu singapura, demikian nama yang diberikan untuk penyakit ini lantaran berasal dari negara tetangga tersebut. Dalam dunia kedokteran, flu singapura dikenal sebagai hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau penyakit kaki, tangan, dan mulut (KTM). Flu ini memang tak mematikan, tapi tak bisa juga dianggap sepele. Khususnya bila menjangkiti mereka yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, seperti anakanak dan balita. Flu ini adalah penyakit berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (bahasa Spanyol pico: kecil), genus Enterovirus (nonpolio). Umumnya flu biasa hanya menyerang tenggorokan sehingga penderitanya menjadi batuk, pilek, dan demam. Tapi setelah anak menderita demam sekitar 23 hari, muncul ruam merah dan lesilesi (berair seperti cacar air) pada beberapa bagian di tubuhnya, kata Brad S Graham MD, dari American Academy of Dermatology, dikutip dari emedicine.medscape.com. Di antaranya daerah sekitar mulut, lidah, pipi, dan tenggorokan. Bahkan di selangkangan, tangan, kaki, dan bokong pada bayi. Lesilesi ini pun lebih dominan ketimbang batuk dan flunya sendiri, kata Brad lagi. Penyakit yang mudah menular ini sering muncul di musim panas. KTM umumnya menyerang anakanak pada usia 2 minggu sampai 5 tahun. Berbeda dengan kondisi tubuh orang dewasa yang telah memiliki daya tahan tubuh yang lebih mumpuni. Penularannya bisa dengan berbagai media, misalnya droplet, air liur, tinja, atau penularan kontak tidak langsung melalui barangbarang yang terkontaminasi oleh sekresi tadi. Misalnya, menggunakan peralatan makan yang sama, kata dr. Mulya Rahma Karyanti Sp.A dari RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo. Penularan, kata Karyanti, sering terjadi di tempattempat umum, seperti taman bermain atau tempat penitipan anak. Orangtua pun ikut andil dalam penularan virus ini, misalnya dengan membiarkan anak tidak mencuci tangan sebelum makan atau menyuapi kakak beradik dengan sendok yang sama. Semestinya anakanak memiliki peralatan makan masingmasing. Masa inkubasi penyakit ini 57 hari, di mana seseorang sudah terinfeksi virus, namun belum menunjukkan gejala. Gejalanya sendiri mulamula demam tidak tinggi selama 23 hari, diikuti sakit leher (faringitis). Hilangnya nafsu makan dan pilek, gejalanya seperti flu pada umumnya. Sariawan juga menyertai penyakit ini, di lidah, gusi, dan pipi sebelah dalam. Jadi, anak pun enggan makan. Tapi tetap harus makan. Beri jeruk atau buah lain yang sarat vitamin C, tutur Karyanti. Bersamaan dengan itu timbul ruam merah di kulit. KTM tergolong self limiting diseases atau penyakit yang bisa sembuh sendiri dalam waktu 710 hari dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pasien hanya perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien dirawat bila disertai gejala berat dan komplikasi. (tty) sumber : http://health.okezone.com/read/2012/05/25/482/635344/flusingapurajangansepelekanmeskitakmematikan

Tagged :