Gerakan Anti Vaksin Bayi Menguat, Ada Apa Ini?

Admin | Minggu, 24 Juni 2012

Pemerintah selalu menyerukan vaksinasi dan imunisasi pada bayi. Di sisi lain, tidak sedikit yang menentangnya dengan alasan daya tahan tubuh alami manusia sudah cukup untuk menangkal berbagai penyakit. Mengapa kini banyak yang menentang vaksin bayi? Dokter anak dari RS Cipto Mangunkusumo, Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan bahwa gerakan menentang vaksin untuk bayi sudah ada sejak vaksin itu sendiri diciptakan. Karena berasal dari kuman yang dilemahkan, saat itu vaksin dikhawatirkan malah bisa memicu penyakit.Dr Piprim sendiri tidak tahu persis sejak kapan gerakan menolak vaksin bayi muncul di Indonesia. Namun yang jelas ia mencatat, gerakan ini menjadi makin kuat ketika beberapa tahun silam salah seorang mantan Menteri Kesehatan (Menkes) berseteru dengan Namru (Naval Medical Research Unit), sebuah unit kesehatan milik Amerika Serikat yang salah satu proyeknya adalah meneliti kuman. "Kelompok penentang vaksin di Indonesia memanfaatkan momen itu. Salah satu statement bu Menkes ketika itu, saya lupa bunyinya seperti apa, dipakai untuk menguatkan pendapat bahwa vaksin itu memang berbahaya," kata Dr Piprim saat dihubungi detikHealth, Rabu (19/6/2012). Salah satu faktor yang melatarbelakangi munculnya gerakan menolak vaksin bayi adalah tafsir agama. Dr Piprim menilai, beberapa orang telah kebablasan dengan menganggap pengobatan 'ala Nabi' saja sudah cukup tanpa mempertimbangkan bahwa dari zaman ke zaman ilmu kedokteran terus berkembang dan jenis kuman juga semakin beragam. Untuk halhal yang bersifat umum, Dr Piprim sepakat bahwa ajaran agama bisa diterapkan di bidang kesehatan. Namun ia mengingatkan, halhal yang lebih detail seperti operasi jantung (dan juga vaksinasi) memang belum dikenal saat agama diturunkan. Selain faktor agama, Dr Piprim menangkap ada pesan lain di balik gerakan menentang vaksin. Dari transkrip diskusi di sebuah seminar di Yogyakarta belum lama ini, ia menangkap kesan bahwa gerakan menolak vaksin bayi juga mendapat dukungan dari produkproduk obat herbal. "Kurang lebih semacam promosi obat herbal," tegas Dr Pimprim. Kekhawatiran terhadap keamanan vaksin bayi menurut Dr Piprim muncul dari persepsi masingmasing individu, bukan dari bukti ilmiah yang sudah ada. Faktanya ancaman penyakit memang ada, namun yang ditakutkan adalah efek samping yang sebenarnya jauh lebih kecil dibandingkan manfaatnya. "Saya pikir mereka ini salah memilih prioritas. Sama penyakitnya sendiri tidak takut, malah takutnya sama KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)," tambah Dr Piprim. Ditegaskan oleh Dr Piprim, gerakan menentang vaksin tidak hanya muncul di kalangan religius. Di luar negeri seperti di Amerika Serikat, para selebritas termasuk Oprah Winfrey memberi pengaruh paling besar terhadap makin berkembangnya gerakan menolak vaksin. Bahkan di kalangan dokter sendiri, tidak semuanya mendukung program vaksinasi dan imunisasi. Biasanya memang bukan dari dokter yang punya kompetensi di bidang imunologi dan penyakit menular, sehingga pendapatnya biasanya mudah dipatahkan oleh dokterdokter lain yang memang lebih kompeten. Dr Piprim mengaku tidak tahu persis apakah gerakan menolak vaksin akan semakin ditinggalkan atau justru semakin besar. Yang terpenting menurutnya adalah menyebarkan informasi yang benar tentang vaksin, antara lain seperti yang dilakukannya di jejaring sosial yakni membuat grup di Facebook bernama Gerakan Sadar Imunisasi (Gesamun). Meski gerakan anti vaksin bayi menguat beberapa penggiat anti vaksin lebih mau bersuara di dunia maya ketimbang diwawancarai. Beberapa nama penggiat anti vaksin sulit dimintai konfirmasinya tentang alasan penolakan vaksin bayi. Kebanyakan beranggapan vaksin adalah racun yang justru membuat bayi tidak punya kekebalan tubuh alami. Penggiat anti vaksin beranggapan sebenarnya bayi cukup diberi ASI, madu, makanan bergizi agar badannya kuat. (up/ir) sumber : http://health.detik.com/read/2012/06/20/074738/1945710/775/gerakanantivaksinbayimenguatadaapaini?991104topnews

Tagged :