Jangan Abaikan Vaksinasi

Admin | Rabu, 5 Agustus 2015

Fakta Seputar Imunisasi yang Harus Diketahui World Health Organization (WHO) menyatakan setiap tahun terdapat 1,4 juta kematian anakanak di bawah usia 5 tahun yang disebabkan oleh penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksinasi. Situasi ini mendorong berbagai elemen untuk mengambil langkah dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya vaksinasi, dan jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Upaya mendukung program kesehatan ini tentu akan berjalan optimal dengan keterlibatan semua pihak, baik pemerintah maupun swasta. Hal ini didukung Peraturan Menkes No 42 Tahun 2013 mengenai penyelenggaraan vaksinasi. Pentingnya vaksinasi sejak dini juga diungkapkan Sekretaris Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yandarso. Menurutnya, kekebalan tubuh saja tidak cukup untuk menangkal berbagai jenis penyakit menular yang berbahaya. Untuk mendapat kekebalan tubuh terhadap infeksi, tubuh kita perlu mengenal mikroorganisme melalui vaksinasi , ungkap Piprim dalam jumpa pers bertajuk Edukasi Vaksinasi melalui Penggiatan kembali Kampanye Smart Parents 2015, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut penelitian, sudah terbukti jika banyak penyakit yang bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi yang tepat waktu. Adapun penyakit yang bisa dicegah dengan vaksinasi antara lain difteri, tetanus, pertussis, Hepatitis B, Rotavirus, Infeksi Pneumokokus, Polio, Haemophilus influenzae type b (Hib), Hepatitis A, Influenza, Kanker Serviks. Dari 14 vaksin yang dianjurkan IDAI, baru enam yang disubsidi pemerintah. Semua vaksinasi itu penting untuk mencegah penyakit berbahaya, tapi di Indonesia masih ada delapan yang belum mendapatkan bantuan biaya dari pemerintah, ujarnya. Ia memaparkan vaksin yang sudah mendapat subsidi pemerintah di antaranya hepatitis B, polio, BCG, DTP, campak, dan HiB. Adapun yang belum disubsidi antara lain HPV, MMR, hepatitis A, PCV, rotavirus, influenza, cacar air, dan tifoid. Padahal, kata Piprim, angka kejadian virus HPV (kanker serviks atau mulut rahim) di Indonesia semakin tinggi sehingga perlindungan dari virus itu pun harus dilakukan sejak dini dengan cara divaksin. Ke depan, kita berharap pemerintah bisa memperhatikan hal ini. Bukan cuma untuk HPV, melainkan juga vaksin lainnya yang dibutuhkan setiap orang, terangnya. Menurut Piprim, setiap vaksin telah melewati proses penelitian puluhan tahun sampai akhirnya benarbenar dinyatakan aman. Sebuah vaksin, sebelum digunakan di suatu negara, sebelumnya harus didaftarkan di badan pengawas obat setempat seperti BPOM di Indonesia. Dalam melakukan penilaian mutu vaksin, produsen vaksin harus memberikan bukti penelitian, tuturnya. Lalu apakah vaksinasi berbeda dengan imunisasi? Menurut Piprim, dalam prakteknya imunisasi dan vaksinasi dianggap sama. Namun dari definisi persisnya imuninasi adalah upaya untuk menimbulkan kekebalan pada seseorang. Imunisasi itu di bagi dua yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif juga dibagi dua, ada yang alami, ada yang buatan. Nah imunisasi alami itu misalnya seseorang terkena cacar air setelah itu dia kebal dari penyakit tersebut, paparnya. Jadi kalau orang ingin imunisasi alamiah harus sakit terlebuh dulu baru kemudian kebal, tapi tidak semua orang mau sakit lebih dulu, karena itu para ahli membuat kuman, bakteri atau virus itu untuk diolah. Ada yang dibikin mati, dijinakkan, ada yang komponennya diambil, ada yang sesuatu yang dibikin mirip dengan struktur virus itu, kemudian disuntikkan ke tubuh manusia, dia kemudian merangsang kekebalan spesifik untuk tidak bikin sakit dan ini disebut imunisasi buatan atau vaksinasi. Jadi vaksinasi ini adalah imunisasi aktif buatan manusia, tambahnya. san/R1 Perhatikan Kondisi Tubuh Anak Orang tua perlu memperhatikan beberapa hal sebelum membawa anaknya untuk vaksinasi. Anak harus dalam kondisi yang baik, tidak dalam keadaan demam atau sakit berat, seperti kanker, karena daya tahan tubuh anak rendah. Jika kondisi badan anak sedang menurun, vaksinasi sebaiknya tidak dilakukan karena justru bisa menyerang balik tubuh, ungkap Piprim. Ia mengatakan sebagian orang mungkin mengalami demam setelah mendapatkan vaksinasi. Bila hal ini terjadi, merendam tubuh dengan air hangat bisa membantu mengatasi demam. Demam pada anak setelah vaksinasi adalah hal yang normal karena setiap vaksin memang berpotensi membuat demam. Orang tua tidak perlu panik ketika terjadi peningkatan suhu tubuh. Direndam air hangat bisa menurunkan demam setelah vaksinasi, tambahnya. Piprim mengatakan, bagian yang direndam dengan air hangat terutama bagian tubuh yang merupakan tempat pembuluh darah besar, seperti leher, ketiak dan lipatan paha. Ia menegaskan, tidak hanya paparan informasi soal jenis dan kegunaan vaksinasi yang perlu dipahami orang tua. Jadwal vaksinasi yang tepat juga harus menjadi perhatian. Vaksinasi baiknya diberikan sesuai jadwal untuk mendapatkan imunitas yang optimal. Ada beberapa vaksin yang memiliki batas penerimaan usia, contohnya vaksin untuk penyakit rotavirus. Dosis pertama dari vaksin tersebut hanya bisa diterima tubuh sampai umur anak maksimal 14 minggu. Jika melewati batas tersebut, vaksin tersebut tidak lagi efektif. Selain itu, berbagai isu yang mewarnai seperti vaksin imunisasi yang tidak halal sampai efek samping imunisasi yang bisa sampai membuat anak autis juga harus diredam oleh masyarakat. Di sosial media sampai muncul kelompok antivaksin. Isuisu tersebut juga sempat menurunkan angka imunisasi di Indonesia cukup signifikan, ungkap Piprim. Terkait kontroversi halal haram, Piprim menuturkan bahwa dalam pembuatan vaksin, enzim babi sebenarnya hanya bersenggolan, tidak masuk di dalamnya dan produk akhir vaksin yang disuntikkan ke tubuh manusia sudah terbebas dari kandungan enzim babi. Setiap vaksin yang bersinggungan dengan babi, dituliskan di label bahwa dalam proses pembuatannya bersinggungan dengan enzim babi, tapi diakhir prosesnya sudah tidak ada lagi. Pencuciannya sampai miliaran kali dicuci. Jadi produk akhirnya bebas enzim babi. Karena kalau enzim itu masih ada vaksinnya hancur, tambahnya. Untuk itu Piprim terus mengimbau masyarakat agar tetap melakukan imunisasi. Pasalnya, semahalmahalnya vaksin yang dipakai untuk mencegah infeksi penyakit masih jauh lebih murah, dibandingkan dengan mengobati penyakit yang telanjur terjangkit. Kalau ada bakteri biasa kita punya pertahanan non spesifik. Olahraga teratur atau herbal itu cukup. Tapi dalam menghadapi bakteri berbahaya kita tidak mungkin hanya mangandalkan itu. Vaksinasi harus tetap dilakukan, tutupnya. san/R1 Sumber: http://www.koranjakarta.com

Tagged :