Organisasi Doctors Without Borders melaporkan, jutaan anak di negara berkembang tidak menerima paket vaksinasi dasar

Hasil sebuah penelitian baru oleh
Epicentre, divisi penelitian organisasi
Doctors WIthout Borders, menemukan buktibukti bahwa satu jenis vaksin mungkin tidak diperuntukkan bagi semua orang.
Rebecca Grais, Direktur Epidemiologi dan Kesehatan Penduduk di
Epicentre, mengatakan, vaksin untuk penyakit yang mengancam nyawa harus dimodifikasi agar bisa digunakan untuk melindungi anakanak di Afrika.
"Kami ingin memastikan bahwa vaksin yang ada dan vaksin kami miliki, keduanya disesuaikan dengan populasi sasaran, dalam hal persentasi dan komposisi, dan kami ingin vaksinvaksin itu mudah digunakan, baik untuk para ibu, maupun para petugas layanan kesehatan," paparnya.
Banyak wilayah di Afrika tidak memiliki pendingin atau listrik yang memadai untuk menjaga agar vaksin tersimpan dalam suhu yang tepat. Jalanan yang rusak dan masalah logistik lain juga membuat penyaluran vaksin ke masyarakat tersendat. Selain itu, vaksinvaksin itu tidak selalu mudah digunakan atau diberikan dengan dosis yang tepat.
Grais mengatakan, semua faktor ini harus diperimbangkan selama tahap pengembangan dan pengujian vaksin. Ia dan timnya meluangkan waktu dua tahun mempelajari kasus diare pada lebih dari 10.000 anak balita di Niger. Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian anak di Afrika dan seringkali disebabkan karena tertular apa yang disebut rotavirus.
Epicentre mengatakan, dua vaksin yang tersedia untuk mencegah rotavirus dikembangkan dan diuji di negaranegara maju, di mana vaksinvaksin itu diketahui 90 persen manjur. Namun, kemanjuran vaksinvaksin yang sama diperkiarakan hanya mencapai 50 sampai 60 persen bila digunakan di Afrika dan Asia.
Menurut Grais, meskipun penelitian mereka terfokus pada vaksin rotavirus, temuan itu relevan dengan vaksinasi pada umumnya.
Epicentre telah meluncurkan dua penelitian tambahan yang mempelajari metode alternatif untuk pemberian vaksin tetanus di Chad dan vaksin penyakit pneumokokus di Uganda.
Para peneliti berharap temuan itu akan lebih meyakinkan perusahaan farmasi bahwa mereka perlu menyesuaikan vaksin dengan tantangan yang ada di negara berkembang.
sumber : http://www.voaindonesia.com/content/jutaananakdinegaraberkembangtidakdiberipaketvaksinasidasar/1550477.html