Komposisi, Proses Pembuatan & Kehalalan Vaksin
Admin | Rabu, 5 September 2012
Oleh dr. Dirga Sakti Rambe
Apakah Anda termasuk orangtua yang memvaksinasi anak?
Jika ya, tahukah Anda zatzat apa saja yang terkandung di dalamnya? Lalu bagaimana fungsi dan cara kerjanya? Sebagaimana kita ketahui,vaksin dibuat untuk mencegah penyakit infeksi. Kandungan vaksin terdiri dari berbagai zat, yaitu antigen (zat yang utama) dan Aditif (zatzat lainnya).
Antigen sebagai kandungan utamavaksin, berfungsi merangsang sistem imun tubuh, agar tubuh kenal Oh, si antigen X ini sudah pernah datang nih!. Antigen ini dapat merupakan bakteri/virus yang dilemahkan, mati total atau hasil rekayasa genetika. Setiap bakteri/virus punya antigen yang khas. Contohnya, vaksin flu yang memiliki antigen khas utk virus Influenza. Tidak mungkin pakai antigen polio, misalnya saat antigen tersebut disuntikkan ke tubuh, sistem imun akan mengenali ini dia si virus flu,kemudian tubuh akan mengingatnya seumur hidup.
Apa efeknya?
Ketika ada virus Influenza beneran yang menyerang, tubuh sudah mengenalinya. Dengan begitu virus tersebut langsung dimusnahkan sebelum berkembang menjadi penyakit. Sementara untuk orang yang belum divaksin Flu, saat terjadi serangan virus influenza, tubuh tidak memiliki memori tentangnya. Virus masuk dan sistem imun kerepotan menghadapinya sehingga kalah, lalu kita pun terserang penyakit.
Prinsip umum Antigen berlaku demikian utk semua penyakit yang tersedia vaksinnya. Kasus flu yang diangkat di atas hanyalah sekedar contoh saja. Dari penelitian, diketahui bahwa Antigen perlu disertai oleh zatzat lain agar kerjanya selalu optimal, kualitasnya terjaga dan harus sempurna. Antigen rentan sekali rusak, sehingga itulah sebabnya mengapa semua vaksin wajib disimpan dalam suhu 28 C (bahkan vaksin Polio 20 C). Antigen ini harus dilengkapi dengan zatzat aditif/tambahan, seperti :
a)Adjuvants,
b) Preservatives
c) Stabilizer
Berikut ini pembahasannya satupersatu :
a)Adjuvantsberfungsi memaksimalkan respons sistem imun tubuh. Antigen +Adjuvantdikenali jauh lebih cepat oleh tubuh daripada Antigen saja.Adjuvantyang paling sering digunakan antara lain garam aluminium. Alum ini sudah dipakai lebih dari 80 tahun. Apakah ia aman?
Dosis garam alum yang diizinkan adalah 1.14 mg/dosis vaksin (ketentuan FDA, Badan POM Amerika). Tidak ada satupun vaksin yang alumnya lebih dari nilai ini. Bagaimana dengan kabar yang menceritakan bahwa alum dapat merusak ginjal, otak dll?
Sekali lagi, dosis yang diizinkan itu kecil sekali dibandingkan dengan dosis yang dapat ditoleransi tubuh. Karena isu ini berkembang terus, pada Mei 2000, FDA mengundang ratusan ahlivaksin dari seluruh dunia, baik yang pro maupun yang kontra terhadap Alum, untuk saling beradu data. Kesimpulan FDA (tahun 2000, hingga kini tak berubah): Penggunaan garam aluminium pada vaksin dinyatakan aman dan efektif.
Sampai sekarang, Alum masih digunakan di mayoritas vaksin. Kita tak perlu khawatir karena statusnya sudah dinyatakan aman oleh ratusan ahli.
b)Preservatives.
Preservativesberfungsi untuk mencegah tumbuhnya bakteri/jamur selama proses pembuatan vaksin. Namun tidak semua vaksin menggunakanpreservatives. Zat ini terutama digunakan di kemasan vaksin multidosis untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Saat ini, hanya ada 4 jenisPreservativesyang diizinkan digunakan. Yang paling terkenal adalah Timerosal (turunan merkuri).
Isu amantidaknya Timerosal ini dimulai sejak awal 1990 di negaranegara Barat. Beberapa ahli menduga merkuri menyebabkan autisme & ADHD. Dengan adanya isu ini maka para ahli pun berkumpul kembali dan pada tahun 2000, badan POM dari USA mengeluarkan rekomendasi, yakni sebisamungkin pabrik pembuat vaksin tidak menggunakan Timerosal.
Penelitian berlanjut di tahun 2001, dan organisasi IOM menyatakan bahwa data yang ada tak cukup kuat utk menyimpulkan apakah ada/tidak hubungan Timerosal dgn autisme.
Timerosal merupakan etil merkuri. Sifat etil merkuri SANGAT BERBEDA dengan metil merkuri. Etil merkuri yang digunakan dalam vaksin tidak akan terakumulasi dalam tubuh karena cepat dimetabolisme dan waktu paruhnya hanya 7 hari. Dosis yang digunakan pun amat sangat kecil. Sedangkan merkuri berbahaya yg selama ini sering kita dengar adalah bentuk metil merkuri, yang sifatnya berbeda dengantimerosal (etil merkuri).
Tahun 2004 IOM mengeluarkan kesimpulan final, yaitu tidak ada hubungan sebabakibat antara vaksin yang mengandung Timerosal dengan kejadian autisme, ADHD, dll. Namun sejalan dengan promosi kesehatan dunia bebas merkuri pada produk apapun (kosmetik, obat, dll), tetap dianjurkan produksi vaksin tanpa merkuri. WHO sendiri tetap memperbolehkan penggunaan Timerosal khususnya untuk vaksin multidosis. Vaksin yang diproduksi di AS dan Eropa saat ini bebas merkuri.
c)Stabilizer.
Fungsi zat ini adalah menstabilkan vaksin saat berada pada kondisi ekstrem, misalnya panas. Dosis yang digunakan amat kecil, yaitu < 10 mikrogram. JenisjenisStabilizersantara lain: gula (sukrosa & laktosa), asam amino (glisin, asam glutamat) atau protein (albumin, gelatin).
Isu yang berkembang mengenaistabilizersadalah penggunaanstabilizerjenis protein (terutama gelatin) dapat menyebabkan reaksi alergi. Namun hal ini dibantah dengan fakta kejadiannya yang amat sangat jarang.
Selain Antigen dan Zat Aditif, terkadang vaksinmemiliki residu yang timbul selama proses pembuatan. Residu berupa: formaldehid, antibiotik, partikel2 mikroorganisme; yang kadarnya amat kecil, bahkan sering tak terdeteksi.
Terkait juga dengan kandungan vaksin, terkadang kita mendengar isu, benarkah proses pembuatanvaksin bersinggungan dengan zat dari babi?
Sebelumnya mari kita simak tahapan proses produksi vaksin : Bibit vaksin ?á fermentasi ?á panen ?á inaktivasi ?á purifikasi ?á ultrafiltrasi ?á formulasi/kemasan
Saat proses kultur substrat untuk menumbuhkan bibit beberapa (tak semua) vaksin, diperlukan penggunaan enzim Tripsin. Reaksi kimia tidak mungkin berjalan tanpa bantuan Tripsin. Akibatnya proses produksi vaksinpasti gagal tanpa Tripsin. Dan saat ini, satusatunya tripsin yang bisa digunakan untuk proses ini bersumber dari organ pankreas babi. Di sinilah letak perdebatannya.
Jika kita kembali pada proses produksi vaksin di atas, terdapat tahap ultrafiltrasi. Di sini secara kimiawi, unsur tripsin babi tadi hilang karena disaring sedemikian kecilnya dengan nanopartikel.
Namun ada sebagian pendapat yang menyatakan, Sekali bersinggungan dengan unsur dari babi, ya seterusnya akan tetap babi. Bagaimana dengan ini? Sebagian ulama menyatakan vaksin tetap halal, karena beberapa pertimbangan :
- karena tanpa vaksin, banyak penyakit infeksi mematikan. Disini poin manfaat yang lebih besar daripada mudharat sangat diperhatikan. Dan selayaknya kita mengingat proses ultrafiltrasi tadi.
- Jikapun haram, vaksin dinyatakan halal karena pengganti Tripsin babi belum ditemukan. Ini merupakan alasan kedaruratan, dan para ulama terus menganjurkan untuk menemukan Tripsin nonbabi yang sampai saat ini masih terus diusahakan.
Perlu pula kita ketahui bahwa tidak semua vaksin menggunakan Tripsin babi. Yang menggunakan antara lain : vaksin rotavirus (diare), beberapa merek vaksin flu, merekmerek tertentu vaksin Meningitis (namun yg Indonesia gunakan tidak mengandung) dan MMR.
Saya sendiri berkesempatan menyaksikan langsung proes pembuatan vaksin sejak tahap sangat awal hingga akhir. Saya katakan sangat luar biasa karena setiap tahap proses produksi vaksin adaquality control.Dipantau ketat dan nyaris tak ada celah karena semua sudah diantisipasi sedemikian rupa. Dan perlu kita ketahui bahwa proses produksi vaksinjauh lebih ketat dari obat, dengan standar yang amat tinggi.
Kesimpulannya, vaksin memiliki profil keamanan yang sangat baik. Sudah terbukti manfaatnya sehingga kita tidak perlu ragu. Vaksin juga tidak bertentangan dengan ajaran Islam/agama manapun. Mayoritas ulama di seluruh dunia, termasuk dewan ulama di negaranegara Islam, juga Arab Saudi, tidak ada yang mengharamkan vaksinasi.
sumber : http://iluvimunisasi.wordpress.com/2012/07/24/komposisiprosespembuatankehalalanvaksin/
Tagged :