
Sekitar dua miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus Hepatitis B dan 360 juta orang di antaranya terinfeksi kronis yang akan berpotensi menjadi sirosis, disertai gangguan fungsi hati berat dan karsinoma hepatoselular dengan angka kematian sebesar 250.000 jiwa per tahun.
Besarnya permasalahan yang dapat ditimbulkan, maka pencegahan dini harus dilakukan. Hepatitis B dapat ditularkan melalui penggunaan jarum injeksi yang tidak steril, hubungan seks, dan transmisi dari ibu ke anak di dalam kandungan.
Berdasarkan rekomendasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) tahun 2008/ 2009, vaksinasi Hepatitis B dilakukan pada individuindividu yang berisiko tinggi terkena penularan Hepatitis B.
Mereka adalah pekerja kesehatan yang sering bekerja dengan jarum suntik, atau suami atau istri sehat yang pasangannya mengidap Hepatitis B kronik.
Menurut dr Femmy Nurul Akbar, Sp.PDKGEH dari Rumah Sakit Pondok Indah, individu yang dipandang berisiko tinggi tertular virus Hepatitis B dapat diberikan vaksin Hepatitis B yang terbuat dari antigen virus rekombinan inaktif.
Bahan ini disuntikan secara intramuscular (suntikan melalui otot). Sebelum vaksinasi, seseorang harus diperiksa lebih dulu HBSAgnya dan anti HBS. Bila HBSAgnya dinyatakan positif, maka kemungkinan orang tersebut telah menderita Hepatitis B akut atau kronik, sehingga didiskualifikasi dalam pemberian vaksin Hepatitis B.
Vaksinasi Hepatitis B tidak dapat diberikan pada penderita Hepatitis B kronik. Sebaliknya, bila hasil pemeriksaan HBSAg dan anti HBS menunjukkan nilai negatif, maka vaksin Hepatitis B dapat diberikan.
"Seorang yang hendak divaksin Hepatitis B harus berada dalam keadaan sehat total saat divaksin. Apabila individu yang hendak divaksin sedang mengalami flu atau infeksi virus lain, maka sebaiknya vaksinasi Hepatitis B ditunda," papar Femmy.
Sedangkan efek samping yang sering timbul setelah penyuntikan vaksin Hepatitis B dapat berupa demam, malaise (lemas), fatigue (gejala kelelahan), atau juga nyeri dan bengkak pada daerah penyuntikan.
Namun umumnya, efek tersebut tidak berlangsung lama dan berangsurangsur hilang dengan sendirinya. Obat antidemam pun dapat dikonsumsi, jika suhu tubuh naik secara signifikan.
"Hasil pemeriksaan biomedis menunjukkan prevalensi HBsAg sebesar 9,7% pada pria dan 9,3% pada wanita, dengan angka tertinggi pada kelompok usia 45 49 tahun sebesar 11,9%. Sementara itu, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi virus hepatitis B ditunjukkan dengan angka AntiHBc sebesar 34%, dan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Ini berarti penularan horizontal memegang peran yang penting dalam penyebaran Hepatitis B," ujar Femmy.
Sementara itu, DR. dr. Rino A. Gani, Sp.PDKGEH, dokter spesialis penyakit dalam, vaksinasi Hepatitis B diberikan tiga kali suntikan. Dengan jangka waktu satu bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan lima bulan dari suntikan kedua ke suntikan ketiga.
"Pasca pemberian suntikan, HBSAg bisa menjadi positif sementara. Namun hal ini segera disusul oleh meningkatnya kadar antiHBS. Timbulnya antibodi inilah yang diharapkan mampu mencegah seseorang dari penularan virus Hepatitis B," ucap Rino. (Agustina N.R)
sumber : http://www.tribunnews.com/2012/09/02/pasanganandapenderitahepatitisandaharusdivaksinasi