Pneumonia Penyebab Kematian Nomor Tiga di Indonesia
Admin | Kamis, 24 Mei 2012
JAKARTA, (PRLM). Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan TBC. Kasus pneumonia atau infeksi yang menyebabkan paruparu meradang ini, ditemukan paling banyak menyerang anak balita.
"WHO melaporkan sekitar 800.000 hingga satu juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan, Unicef dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak balita tertinggi, melebihi penyakitpenyakit lain seperti campak, malaria, serta AIDS, kata Attila Dewanti, dokter spesialis anak RSAB Harapan Kita, yang ditemui pada talk show Lindungi si Kecil dari Bahaya Infeksi Pneumokokus Sejak Dini di Brawijaya Women and Children Hospital Jakarta, Sabtu (12/5/12).
Attila menambahkan pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia).
Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri pneumokokus. Bakteri pneumokokus ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah, mengikuti aliran darah sampai ke paruparu dan selaput otak. Akibatnya, timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak, jelasnya.
Menurut Attila, gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia dua bulan sampai kurang dari satu tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia satu tahun sampai kurang dari lima tahun. Pada anak dibawah usia dua bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia.
Gejala khususnya demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan ini terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Namun, gejala awalnya yang tergolong sederhana seringkali membuat orangtua kurang waspada terhadap penyakit ini. Orangtua sering datang terlambat membawa anaknya ke dokter. Karena gejala awal panas dan batuk, orangtua sering mengobati sendiri di rumah dengan obat biasa, bila sudah sesak baru dibawa ke dokter, kata Atilla.
Karenanya, dokter spesialis bagian neurologi anak ini menyatakan sebaiknya bila anak sakit panas tinggi dan batuk, segeralah ke dokter untuk dicari tahu penyebabnya.(kominfo/A88)***
sumber : http://www.pikiranrakyat.com/node/188239
Tagged :