Tolak Imunisasi karena Bunda Konsumsi Daging Kuda

Admin | Jumat, 3 Agustus 2012

[caption id="attachment_2143" align="alignleft" width="600"] Daging kuda (sumber : google)[/caption] Pada tahun lalu, cakupan imunisasi di Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 100% dan Universal Child Immunization (UCI) tahun ini hanya 84,6%. Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 46.717,48 km2 terdiri dari 24 kabupaten/kota, yaitu 21 kabupaten dan 3 kotamadya. Ada hal unik yang terjadi pada satu Kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan yaitu kabupaten Jeneponto, dimana masyarakat disana memiliki tradisi mengkonsumsi daging kuda yang dipercaya dapat memberikan kekuatan dan kesehatan. Sehingga, mereka meyakini tidak perlu melakukan imunisasi karena cukup dengan mengkonsumsi daging kuda untuk kuat dan sehat. Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI) memberikan bantuan dana hibah kepada pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menyelenggarakan program penguatan imunisasi. Penyelenggaraan kegiatan dilakukan melalui pelaksanaan komponen program 1) New Vaccine Support (NVS), 2) Injection Safety Support (INS), dan 3) Immunization Service Support (ISS). Dengan bantuan dana hibah, maka Kemenkes melakukan sosialisasi advokasi program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta imunisasi bagi para tokoh agama dan tokoh masyarakat di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Ketua Forum Desa Siaga dr. H. Ashari yang didampingi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto dr. H. Alim Alwi, M.Kes dalam kata sambutan pembukaan acara menyampaikan bahwa kabupaten Jeneponto termasuk daerah tertinggal. Untuk saat ini kabupaten Jeneponto hanya memiliki 18 puskesmas idealnya puskesmas yang tersedia untuk 1 kecamatan 1 puskesmas sehingga kemampuan dalam melayani kesehatan masyarakat lebih baik. Kondisi tersebut salah satu faktor lain yang mengakibatkan cakupan imunisasi di kabupaten Jeneponto menurun. Selain faktor mitos yang beredar di masyarakat, yaitu kondisi lingkungan, faktor kehalalan dan keefektifan vaksin. Ketiga hal ini menjadi pertanyaan bagi sebagian besar masyarakat di Kabupaten Jeneponto. Perwakilan dari IDAI Makasar dr. Isnawati Nur memberikan penjelasan dalam kegiatan tersebut bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai makanan yang di konsumsi oleh para ibu. dr. Isnawati menjelaskan bahwa imun pada ibu tidak bisa diturunkan kepada anak. Sistem kekebalan tubuh pada anak harus dibangun dengan memberikan vaksin melalui program imunisasi. Dr. Isnawati pun menambahkan bahwa kekebalan pasif alami adalah zat anti dari ibu melalui plasenta yang bersifat kurang kuat, berangsurangsur berkurang dan kemudian menghilang dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah bayi lahir. Selain itu, kekebalan pada bayi pun dapat di peroleh dari sang Ibu melalu Air Susu Ibu (ASI). ASI pertama mengandung kolostrum yang mana di dalamnya mengandung berbagai macam antibodi untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit. Akan tetapi, kandungan ASI ini pun hanya mampu bertahan beberapa minggu. Sehingga, para bayi ini memerlukan kekebalan pasif buatan untuk melindungi dari berbagai penyakit yang antibodinya belum mereka miliki. Hal ini dapat mereka peroleh melalui imunisasi. Pada dasarnya, bayi secara aktif membentuk zat anti terhadap penyakit tertentu. Kekebalan aktif alami diperoleh setelah mereke menderita penyakit dan kemudian sembuh, jika penyakit yang sama menyerang. Maka, tubuh tidak akan terserang penyakit yang sama karena tubuh telah membentuk antibodi. Sedangkan kekebalan aktif buatan merupakan kekebalan tubuh yang diberikan salah satunya melalui vaksinasi. Jadi, bayi dan anak yang sehat diberikan suatu zat dari virus atau bakteri yang dilemahkan juga dimatikan untuk mencegah beberapa penyakit tertentu. Bayi usia 0 6 bulan menderita campak, tapi mereka masih memiliki imun campak dari sang Ibu itu contoh kekebalan tubuh pasif alami. Namun, pada usia 9 bulan bayi harus diberikan imunisasi campak untuk merangsang kembali kekebalan tubuhnya terhadap penyakit campak, ujar dr. Isanawati. Beberapa penjelasan penting mengenai KIA dan imunisasi dari para narasumber seperti para ahli kesehatan, dokter, dan pakar imunisasi, mampu membangun kepercayaan masyarakat untuk memberikan imunisasi pada bayi atau anak mereka sesuai dengan jadwal yang tepat. (LL/RW)

Tagged :