Lindungi Buah Hati dari Difteri
Admin | Jumat, 23 September 2016

sumber foto : media.iyaa.com
Para Bunda yang memiliki balita harus berhati – hati terhadap penyakit – penyakit yang mengancam buah hatinya salah satunya yaitu penyakit difteri. Difteri, penyakit yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae banyak menyerang balita. Orangtua setidaknya harus mengenal gejala, penyebab, dan pencegahan penyakit difteri ini. Difteri menyerang selaput lendir pada hidung serta tenggorokan dan terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini harus diobati secepatnya untuk mencegah komplikasi. Difteri disebabkan oleh dua jenis bakteri, yaitu Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium ulcerans. Masa inkubasi (saat bakteri masuk ke tubuh sampai gejala muncul) penyakit ini umumnya dua hingga lima hari. Gejala-gejala yang mengindikasikan penyakit ini meliputi:- Terbentuknya membran abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel.
- Demam dan menggigil.
- Sakit tenggorokan dan suara serak.
- Sulit bernapas atau napas yang cepat.
- Pembengkakan kelenjar limfa pada leher.
- Lemas dan lelah.
- Hidung beringus. Awalnya cair, tapi lama-kelamaan menjadi kental dan terkadang berdarah.
- Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, misalnya mainan atau handuk.
- Sentuhan langsung pada bisul akibat difteri di kulit penderita. Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.
- Kontak langsung dengan hewan-hewan yang sudah terinfeksi, misalnya sapi.
- Meminum susu yang belum melalui proses pasteurisasi atau sterilisasi.
- Makanan yang terbuat dari susu yang belum melalui proses pasteurisasi atau sterilisasi.
- Masalah pernapasan. Sel-sel yang mati akibat toksin yang diproduksi bakteri difteri akan membentuk membran abu-abu yang dapat menghambat pernapasan. Partikel-partikel membran juga dapat luruh dan masuk ke paru-paru. Hal ini berpotensi memicu inflamasi pada paru-paru sehingga fungsinya akan menurun secara drastis dan menyebabkan gagal napas.
- Kerusakan jantung. Selain paru-paru, toksin difteri berpotensi masuk ke jantung dan menyebabkan inflamasi otot jantung atau miokarditis. Komplikasi ini dapat menyebabkan masalah, seperti detak jantung yang tidak teratur, gagal jantungdan kematian mendadak.
- Kerusakan saraf. Toksin dapat menyebabkan penderita mengalami masalah sulit menelan, masalah saluran kemih, paralisis atau kelumpuhan pada diafragma, serta pembengkakan saraf tangan dan kaki. Masalah saluran kemih dapat menjadi indikasi awal dari kelumpuhan saraf yang akan memengaruhi diagfragma. Paralisis ini akan membuat pasien tidak bisa bernapas sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan atau respirator. Paralisis diagfragma dapat terjadi secara tiba-tiba pada awal muncul gejala atau berminggu-minggu setelah infeksi sembuh. Karena itu, penderita difteri anak-anak yang mengalami komplikasi apa pun umumnya dianjurkan untuk tetap di rumah sakit hingga 1,5 bulan.
- Difteri hipertoksik. Komplikasi ini adalah bentuk difteria yang sangat parah. Selain gejala yang sama dengan difteri biasa, difteri hipertoksik akan memicu pendarahan yang parah dan gagal ginjal. Sebagian besar komplikasi ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.
- alodokter.com
Tagged :