
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang paru, sehingga menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak. Kondisi kesehatan ini sering kali disebut dengan paru-paru basah, karena paru bisa saja dipenuhi dengan air atau cairan lendir. Pneumonia masih menjadi penyebab kematian balita yang utama di Indonesia. Sebanyak 99% kematian akibat pneumonia berasal dari Negara berkembang. Di beberapa Negara maju, pneumonia banyak disebabkan oleh virus sedangkan di Negara berkembang lebih banyak oleh bakteri.
Biasanya pneumonia terjadi setelah saluran pernapasan bagian atas yang mencakup hidung dan tenggorokan terinfeksi, berupa pilek dan nyeri tenggorokan. Setelah dua sampai tiga hari, infeksi dapat menjalar ke paru-paru. Sistem imun yang lemah atau belum terbentuk sempurna tidak mampu menangkal infeksi awal yang ringan sehingga menyebar ke paru-paru dan menyebabkan pneumonia. Pneumonia menyebabkan jalan udara ke paru-paru bisa terhambat, sehingga bernafas menjadi sulit dan asupan oksigen berkurang.

Penyakit ini cenderung menyerang anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya bayi yang tidak mendapat air susu ibu (ASI) atau anak yang kurang gizi, bahkan anak yang terinfeksi campak juga beresiko terkena pneumonia. Bakteri penyebab pneumonia paling sering adalah
Streptococcus Pneumonia (pneumokokus), Hemopsilus influenza tipe b (Hib), dan
Staphylococus Aureus (Saureus).
Cara penularan pneumonia dapat melalui beberapa faktor, diantaranya seseorang yang mengalami infeksi virus seperti salesma, merokok atau terpapar asap rokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Ciri-ciri dan gejala pneumonia dapat dilihat sebagai berikut:
Batuk berdahak merupakan gejala klasik pneumonia. Bakteri yang menyebabkan infeksi menghasilkan dahak hijau atau kuning. Kadang-kadang, dahak terlihat berwarna kemerahan atau berkarat atau dahak berdarah karena invasi jaringan paru-paru oleh patogen.
Demam yang terjadi biasnaya tinggi, yaitu lebih dari 37,7 derajat cekcius terutama pada anak-anak. Demam tinggi sering ditandai dengan menggigil. Sedangkan pada orang dewasa bisa saja hanya mengalami demam ringan.
Patogen yang menyebabkan penyakit ini terutama meyerang kantung udara (alveoli) yang merupakan struktur fungsional paru-paru. Ketika paru-paru menjadi meradang dengan luas, maka sudah pasti akan mengganggu pernafasan dan menyebabkan kesulitan bernapas.
Untuk anak yang berusia kurang adari satu tahun frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih. Sedangkan anak usia lebih dari setahun namun kurang dari lima tahun frekuensi pernapasannya sebanyak 40 kali per menit atau lebih. Pneumonia yang berat pada anak (2 bulan sampai usia kurang dari 5 tahun) ditandai dengan sesak napas dan mengalami batuk. Untuk anak usia dibawah 2 bulan frekuensi pernapasannya 60 kali per menit/lebih disertai dengan tarikan dinding dada bagian bawah.
Seiring dengan tingkat peradangan yang semakin memburuk, batuk berdahak juga akan semakin intens. Penderita akan mulai merasakan rasa sakit yang menusuk atau tak nyaman pada dada. Nyeri dada dapat memperburuk sehingga menyebabkan kesulitan untuk bernapas secara normal.
Sesak napas dapat menyebabkan otak kekurangan oksigen dan zat gizi lainnya. Hal ini menyebabkan keadaan delirium atau kebingungan dan berpikir tidak jelas. Biasanya terjadi pada orang dewasa.
Setelah mengalami demam tinggi dan menggigil, penderita bisa saja berkeringat banyak yang dapat dilihat dalam kasus infeksi pneumonia bakteri.
- Perubahan warna bibir dan kaku
Sesak napas pada pneumonia bakteri dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh. Hal ini dapat dilihat jelas melalui perubahan warna kuku dan bibir. Kuku berubah warna menjadi putih pucat dan bibir berubah warna menjadi pucat atau kebiruan.
- Penurunan tingkat energi dan kelelahan
Berkurangnya kadar oksigen dalam darah juga menyebabkan kelelahan konstan, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan secara keseluruhan dan kebugaran yang menurun.
Pencegahan terhadap penyakit pneumonia dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dengan baik, seperti mencuci tangan secara teratur dan membersihkan permukaan yang sering disentuh, memberikan asupan atau gizi yang cukup pada anak terutama ASI pada bayi, vaksinasi, dan menjauhkan anak dari asap rokok maupun polusi udara.
Selain melakukan vaksinasi pada anak-anak, kelompok berikut juga sangat dianjurkan untuk mendapatkan Vaksin Pneumonia (Pneumokokus) yaitu:
- Orang dewasa usia di atas 65 tahun (lanjut usia) karena berisiko tinggi mengalami pneumonia.
- Orang dewasa dengan penyakit paru kronik, sakit jantung, penyakit hati, diabetes dan kanker.
- Penderita HIV/AIDS.
- Orang yang pernah mengalami operasi pengangkatan limpa (splenektomi).
Sumber: : Arifianto. 2014.
Pro Kontra Imunisasi Agar Tak salah Memilih Demi Kesehatan Buah Hati. Jakarta: PT Mizan Publika dan
https://www.cdc.gov/pneumonia/index.html