Bagaimana Cara Menyikapi Kampanye Hitam Anti Vaksin?
Admin | Rabu, 4 Juli 2012
Gerakangerakan anti imunisasi oleh beberapa kelompok tertentu semakin bertambah banyak. Selain di internet, sekarang muncul seminar yang menyuarakan anti vaksin di beberapa perguruan tinggi. Yang lebih memprihatinkan adalah pembicara seminar tersebut seorang dokter.Situssitus internet soal anti imunisasi dan vaksinasi jika dicari di mesin pencari juga jauh lebih banyak daripada situs yang mempromosikan imunisasi. Ratarata isinya sama, artikel yang sama, dicopy paste berulangulang dari satu situs ke situs yang lain dari satu blog ke blog yang lain. Hal ini membuat masyarakat awam, khususnya orang tua yang mempunyai balita kebingungan.
Berikut adalah tipstips dalam menyikapi kampanye hitam anti vaksin tersebut :
- Bila mendengar dan mengetahui kontroversi tersebut, maka pasti akan membingungkan masyarakat awam. Hal ini terjadi karena yang memberikan informasi yang tidak benar tersebut adalah para ahli kedokteran tetapi yang tidak berkopeten sesuai dengan keahliannya. Untuk menyikapinya kita harus cermat dan teliti dan berpikiran lebih jernih. Kalau mengamati beberapa penelitian yang mendukung adanya berbagai kejadian berhubungan dengan imunisasi, mungkin benar sebagai pemicu atau sebagai coaccident atau kebetulan.
- Penelitian yang menunjukkan hubungan keterkaitan imunisasi danberbagai hal yang tidak benarhanya dilihat dalam satu kelompok kecil (populasi). Secara statistik hal ini hanya menunjukkan hubungan, tidak menunjukkan sebab akibat. Kita juga tidak boleh langsung terpengaruh pada laporan satu atau beberapa kasus, misalnya bila orang tua anak autism berpendapat bahwa anaknya timbul gejala autism setelah imunisasi. Kesimpulan tersebut tidak bisa digeneralisasikan terhadap anak sehat secara umum (populasi lebih luas). Kalau itu terjadi bisa saja kita juga terpengaruh oleh beberapa makanan yang harus dihindari oleh penderita autism juga juga akan dihindari oleh anak sehat lainnya. Jadi logika tersebut harus dicermati dan dimengerti.
- Banyak penelitian Imunologi dan Epidemiologi di berbagai membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik terhadap penyakitpenyakit berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit tersebut, akan menderita sakit berat, menularkan ke anakanak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak kematian dan cacat.
- Menanggapi tantangan tersebut, Prof Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua Pelaksana Konferensi Vaksin SeAsia 3 mengatakan, pemerintah bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan pendekatan kepada ulama dan masyarakat untuk memberikan pemahaman yang benar. Kami tidak melawan pemahaman kelompok antivaksin, tetapi jangan memutarbalikkan fakta pada masyarakat, kata Sri dalam acara jumpa pers pelaksanaan Konferensi Vaksinasi Asia Ke3 di Jakarta, Kamis (28/7/2011).
- Ketua Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama menambahkan, masyarakat seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan keamanan dan kehalalan vaksin yang beredar. Pemerintah menjamin semua vaksin yang beredar sesuai kaidahkaidah yang berlaku. Pada kasus kontroversi vaksin meningitis untuk jemaah haji, kami mengikuti saran MUI, katanya.
- Persoalan black campaign dari vaksin ternyata juga ditemui di negaranegara lain, misalnya di Filipina. Menurut Enrique Tayag, President of Philliphine Foundation for Vaccination, kelompok antivaksin juga menjadi tantangan. Bagaimanapun masyarakat harus diingatkan manfaat vaksin untuk kesehatan anak jauh lebih besar daripada efek samping yang ditakutkan, katanya dalam kesempatan yang sama
- Hambatan lain adalah munculnya kelompokkelompok antivaksinasi yang menyebabkan kampanye hitam dengan membawa faktor agama dan budaya.Biasanya kelompok tertentu yang menyebarkan kampanye hitam imunisasi demi kepentingan pribadi khususnya dalam kepentingan bisnis terselubung yang mereka lakukan. Sebagian kelompok ini adalah yang dilakukan oleh oknum pelaku naturopathy, homeopathy, fodd combining, atau bisnis terapi herbal. Sebagian dari kelompok ini juga dilakukan oleh dokter bahkan beberapa profesor. Tetapi semuanya bukan berasal dari ahli medis, dokter atau profesioryang berkopeten di bidangnya seperti ahli kesehatan anak, ahli vaksin, ahli imunologi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak juga dokter atau profesor yang bergerak di bidang bisnis terapi alternatif atau non medis seperti homeopathy, foof combining, naturopathy dan sebagainya. Meski sebenarnya ilmu dan aliran terapi alternatif tersebut pada umumnya sangat baik, tetapi sayangnya sebagiankecil di antara mereka demikeberhasilan bisnis mereka mengorbankan kepentingan anak di dunia dengan menyebarkan informasi tidak benar dan menyesatkan.
Tagged :