Hepatitis, Tak Bergejala dan Sulit Terdeteksi

Admin | Kamis, 26 Juli 2012

Waspada virus hepatitis. Ini merupakan penyebab timbulnya penyakit hati yang dapat menyerang siapa saja. Karenanya, lakukan pencegahan sejak dini.
Penyakit hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah virus. Meskipun bisa dibilang penyakit lama, penyakit ini masih menjadi ancaman dunia, pasalnya tak bergejala dan sulit terdeteksi.
Diperkirakan sebanyak dua miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus penyebab Hepatitis B. Sebanyak 240 juta di antaranya menderita hepatitis B kronis.
Selain hepatitis B, hepatitis C juga menginfeksi 170 juta jiwa penduduk dunia sampai ke tahap kronis. Akibat infeksi hepatitis B dan C, sebanyak 1,5 juta jiwa penduduk dunia meninggal.
"Tingkat infeksi tersebut hampir sama di semua kelompok umur. Di kelompok anakanak berusia 1 4 tahun bahkan mencapai sekitar 7,3 persen. Untuk yang pernah terinfeksi, semakin tua semakin banyak yang pernah terserang hepatitis B," kata DR Dr Rino Alvani Gani, SpPD, KGEH, FINASIM dari Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dalam acara Temu Media mengenai Hepatitis di Kementerian Kesehatan, Jumat (20/7).
Dr Rino menjelaskan sekitar 20% orang dengan hepatitis B dan C mengetahui ia terinfeksi. Sekitar 80% tidak tahu dirinya membawa virus di dalam tubuh. Perjalanan hepatitis menjadi parah sangat lambat. Akibatnya, infeksi itu terabaikan dan rawan menular.
Infeksi yang berkembang jadi pengerasan hati butuh waktu 2030 tahun. Berkembang jadi kanker mencapai 3040 tahun. Penyakit hati parah lebih sulit diobati, biaya pengobatan lebih dari Rp 100 juta, jelas Dr Rino.
Di sisi lain, lanjut Rino, lambatnya penyakit menjadi peluang orang yang terjangkit untuk segera tes kesehatan dan berobat.
Namun, yang menjadi masalah sambung Dr Rino, tidak semua penderita tahu ia sudah terinfeksi virus hepatitis dan tidak semuanya sudah memeriksakan diri.
Sebanyak 80% infeksi hepatitis B dan C tidak menimbulkan gejala dan keluhan apa pun sampai kemudian hati sudah parah. Bahkan hati yang 30% normal saja masih bisa berfungsi dengan baik.
"Yang mengkhawatirkan, hingga saat ini belum ditemukan adanya vaksin yang dapat mengatasi penyakit hepatitis B dan C secara efektif," ungkap Dr Rino.
Oleh karena itu, pemeriksaan infeksi virus hepatitis ini masih memang sangat diperlukan. Penanganan sejak dini diharapkan mampu mencegah perkembangan virus dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut.
Namun pemeriksaan hati dan pengobatan hepatitis belum tercakup dalam Jamkesmas. Jadi masyarakat harus merogoh kocek sendiri untuk mengetahui apakah dirinya terinfeksi hepatitis atau tidak.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalani rapid test infeksi virus hepatitis sekitar Rp30 ribu Rp50 ribu. Jika dilanjutkan pada tahap lanjut maka biayanya sekitar Rp100 ribu Rp150 ribu.
Apabila hasilnya positif, harus dilakukan pemeriksaan lanjut untuk mengetahui DNA virus yang akan menghabiskan sekitar Rp2 juta. Tes ini biasanya dilakukan berulang. Untuk pengobatannya, bisa mencapai sekitar Rp120 juta jika kasusnya sudah parah.
"Pengobatan hepatitis memang belum masuk skema Jamkesmas, tapi baru diajukan untuk masuk bulan ini. Semoga tahun depan sudah dapat dinikmati," kata dr Mohammad Subuh, MPPM, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI.
Meskipun jumlah penderita terhitung tinggi, menurut Subuh, pemerintah belum melakukan penapisan massal.
Kami harus mengkaji kesiapan dan efektivitas penapisan massal. Butuh anggaran besar. Fasilitas kesehatan dan obat juga harus disiapkan, ujarnya.
Biaya penapisan menggunakan alat tes diagnostik cepat sekitar Rp50.000 per tes. Setelah diketahui positif hepatitis, harus dilakukan beberapa kali tes laboratorium dengan biaya Rp2 juta sekali penderita melakukan tes.
Sejauh ini, pencegahan diupayakan, antara lain, lewat vaksin hepatitis B pada bayi baru lahir sejak 1997, pemutusan rantai penularan dari ibu kepada bayi, serta penapisan darah donor dari hepatitis B dan C.
Tidak kalah penting ialah promosi perilaku hidup sehat, seperti cuci tangan memakai sabun yang dapat mencegah penularan hepatitis A dan E atau mencegah penularan hepatitis B dan C dengan tak berbagi alat cukur. [mor]
sumber : http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1885109/hepatitistakbergejaladansulitterdeteksi

Tagged :