TBC Bukan Cuma di Paru, Otak Hingga Payudara Juga Bisa Kena

Admin | Rabu, 13 Maret 2013

AN Uyung Pramudiarja detikHealth Jakarta Infeksi tuberculosis (TBC atau singkatan resminya TB) tak hanya terjadi di paruparu. Pada kondisi tertentu seperti misalnya pada AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), infeksi ini juga bisa menyerang organ lain. Organ apa saja? "Ketika orang dengan HIV positif terinfeksi TB saat kekebalan tubuhnya di bawah 200 (CD4), umumnya lebih banyak TB ekstra paru. Bisa di tulang, otak, organorgan lain juga bisa terserang TB," kata Daniel Marguari dari Yayasan Spiritia dalam temu media di Hotel Acacia, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (11/3/2013). Ada banyak organ selain paru yang bisa terinfeksi TB, antara lain sebagai berikut. 1. Tulang Nyeri dada yang dirasakan pasien TB tidak selalu berasal dari paruparu meski organ tersebut berada di rongga dada. Dalam beberapa kasus, rasa nyeri berasal dari tulang iga yang telah terinfeksi kuman TB yang menyebar dari paruparu yang letaknya berdekatan. 2. Otak Radang selaput otak atau meningitis bisa juga dipicu oleh infeksi kuman TB yang menjalar sampai ke otak. Dalam kondisi seperti ini, membran yang menyelimuti otak bisa mengalami pembengkakan. Akibatnya bisa sangat fatal karena bisa sangat mematikan. 3. Payudara Mastitis TB atau TB payudara merupakan salah satu bentuk extrapulmonary TB atau infeksi TB yang terjadi di luar paruparu. Kondisi ini sering meninggalkan bekas luka yang kadangkadang dikira kanker payudara karena sangat mirip. Karena itu, mastitis TB sering pula dianggap sebagai 'keberuntungan' bagi yang semula didiagnosis kanker payudara. 4. Jantung Infeksi kuman TB di jaringan sekitar jantung bisa memicu cardiac tamponade atau penumpukan cairan di jantung. Dampaknya bisa sangat fatal, sebab kerja jantung menjadi tidak optimal dalam memompa darah ke seluruh tubuh. 5. Mata Ciriciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan, mengalami iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain. "Itu (TB ekstra paru pada pasien HIV) lebih karena terjadi penurunan daya tahan tubuh, sehingga kemungkinan terjadi di manamana akan lebih sering ketimbang orang yang daya tubuhnya turun tidak karena HIV (yang penurunannya memang sangat besar)," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K).

Tagged :