Terpicu KLB, Kemenkes Gelar Pekan Imunisasi Difteri di Jatim

Admin | Selasa, 23 Oktober 2012

"Mulai tanggal 1224 November 2012, selama dua minggu, akan dilakukan kegiatan subPekan Imunisasi Nasional khusus Jatim" Kementerian Kesehatan akan menggelar kegiatan imunisasi tambahan difteri bagi 5 juta warga Jawa Timur (Jatim) menyusul terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) wabah difteri di daerah tersebut sejak tahun lalu. "Mulai tanggal 1224 November 2012, selama dua minggu, akan dilakukan kegiatan subPekan Imunisasi Nasional khusus Jatim," kata Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra Kementerian Kesehatan, Andi Muhadir, hari ini di Kementerian Kesehatan, Jakarta. Kegiatan imunisasi gratis ini akan digelar serentak di 19 kabupaten/kota di Jatim dan menargetkan lima juta penduduk berusia 15 tahun ke bawah. Jatim adalah provinsi dengan kasus difteri tertinggi di Indonesia, dengan data 661 kasus mulai dari tahun 20102012. Dari data yang terangkum, hal ini menunjukkan, 83 persen kasus difteri di Indonesia terjadi di Jatim. Jatim mengalami KLB difteri pada bulan Oktober 2011 dan terulang kembali Juni 2012. Andi mengatakan, penyakit difteri adalah penyakit yang muncul kembali (reemerging). Penyakit ini sudah lama menghilang, namun kembali lagi pada sekitar tahun 2012. Difteri adalah penyakit infeksi menular yang bersifat toksik akut dan disebabkan oleh kuman Corynebacterium Diphteria yang ditularkan melalui percikan ludah, penyakit ini menyebabkan lesi atau luka pada jaringan lunak. Dalam kasus serius, difteri bisa menghalangi saluran pernafasan dan menyebabkan kematian. Andi mengatakan, setelah terjadi KLB, Kemenkes segera melakukan tindakan respon wabah darurat dengan mengadakan imunisasi kepada warga di 11 kabupaten/kota, namun hasilnya tidak optimal. Hasil yang tidak optimal tersebut dikarenakan rendahnya partisipasi masyarakat dan tidak tepat sasarannya pemberian imunisasi. "Saat itu kita fokus pada anakanak, ternyata setelah diteliti diketahui telah terjadi pergeseran penularan, yang terkena tidak hanya anakanak tetapi pada kelompok yang lebih tua juga," katanya.Dari lima juta masyarakat yang menjadi sasaran, diharapkan setidaknya 95 persen akan mendatangi fasilitas kesehatan untuk mendapat imunisasi. Andi mengatakan cakupan tinggi sangat diperlukan untuk memutus mata rantai penularan. "Kalau cakupannya kurang dari 95 persen maka transmisi masih bisa terjadi di kemudian hari," katanya. Andi menyakinkan masyarakat untuk tidak usah takut dengan efek samping imunisasi difteri yang umumnya berupa bengkak dan kemerahan di daerah bekas suntikan, dan demam ringan. Menurutnya, efek samping tersebut adalah reaksi wajar yang akan sembuh sendiri. Untuk bayi berusia di bawah satu tahun imunisasinya akan disesuaikan dengan jadwal imunisasi rutin. Pemerintah sendiri telah menganggarkan Rp 20 miliar untuk kegiatan imunisasi ini. Imunisasi difteri tambahan akan dilaksanakan sebanyak tiga kali. "Kita akan laksanakan tahap dua dan tiga di tahun 2013," kata Andi. Penulis: Dessy Sagita/ Nadia Felicia

sumber : http://www.beritasatu.com/kesehatan/78660terpicuklbkemenkesgelarpekanimunisasidifteridijatim.html

Tagged :