Perbedaan Vaksin Hidup dan Vaksin Mati

Admin | Rabu, 15 November 2017

[caption id="attachment_7754" align="aligncenter" width="536"] http://www.mediaindonesia.com/files/news/2016/07/vaksinimun-seno.jpg[/caption]

Imunisasi sangat penting diberikan kepada anak-anak terutama bayi yang baru lahir. Imunisasi bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang. Dalam pembuatan vaksin, dikenal pembagian kategori vaksin, salah satunya adalah vaksin hidup dan vaksin mati. Perbedaan vaksin hidup dan vaksin mati dalam imunisasi memberikan efek yang berbeda pula terhadap sistem kekebalan tubuh.

Vaksin Hidup

Vaksin hidup adalah vaksin yang dibuat dengan cara melemahkan virus hidup atau bakteri hidup yang dilakukan di laboratorium. Mereka akan tumbuh dalam tubuh manusia tetapi tidak akan menyebabkan sakit atau hanya sakit ringan, karena sudah dilemahkan. Namun, virus atau bakteri tersebut tetap mampu merangsang respons imun yang adekuat. Contohnya adalah vaksin polio oral, vaksin campak, vaksin gondongan, vaksin rubella, vaksin MMR, vaksin varisela, vaksin rotavirus, vaksin BCG, vaksin influenza intransal, dan vaksin tifoid oral. Vaksin hidup yang dilemahkan dapat merangsang respon kekebalan dengan baik, sama baiknya seperti kalau orang tersebut terinfeksi oleh virus atau bakteri di alam. Karena vaksin virus masih mempunyai potensi memperbanyak diri, pemberiannya dibatasi pada penderita penyakit yang menekan sistem imun seperti HIV, Leukimia, dan orang yang mendapatkan obat-obatan penekan sistem imun tertentu. Selain itu, vaksin virus juga dipengaruhi kerjanya oleh pemberian antibodi sehingga perlu diberikan dalam rentang waktu yang berjarak. Keamanan dan stabilitas vaksin Karena vaksin hidup adalah mikroorganisme hidup yang sudah dilemahkan, maka, secara teoritis tetap ada ketidakpastian yang muncul menyangkut dengan keamanan dan stabilitas vaksin.
  • Patogen yang sudah dilemahkan mempunyai potensi yang sangat jarang akan berubah menjadi patogen yang ganas lagi dan menyebabkan orang jatuh sakit apabila divaksinasi dengannya atau menyebabkan sakit pada orang sekitar mereka.
  • Sistem imunitas yang berfungsi dengan baik akan selalu dapat mengeleminasi patogen yang sudah dilemahkan yang ada dalam vaksin yang diberikan pada seseorang. Namun, pada orang-orang yang mempunyai masalah dengan sistem kekebalan tubuh seperti penderita HIV, kemungkinan mereka tidak bisa memberikan respon yang adekuat terhadap patogen walaupun sudah dilemahkan.
  • Apabila pada proses pembuatan vaksin, virus dibiakkan di dalam kultur jaringan yang terkontaminasi maka vaksin dapat tercemar oleh virus lain.
  • Sebagai langkah kehati-hatian maka vaksin hidup yang dilemahkan cenderung tidak diberikan kepada ibu hamil, walaupun kemungkinan vaksin hidup yang dilemahkan dapat mempengaruhi kesehatan bayi yang akan dikandungnya masih sangat teoritis.
  • Vaksin hidup yang dilemahkan punya potensi meningkatnya kesalahan imunisasi:
    • Berbagai jenis vaksin hidup yang dilemahkan dikemas dalam bentuk serbuk kering. Vaksin dalam bentuk kemasan seperti ini harus dilarutkan dengan pelarut tertentu dulu sebelum diberikan kepada seseorang. Apabila bahan pelarut yang digunakan tidak sesuai maka akan menimbulkan masalah.
    • Kemasan vaksin hidup yang dilemahkan memerlukan perhatian khusus dalam penyimpanan dan transportasi. Kegagalan dalam menjaga suhu vaksin dapat menyebabkan kegagalan program imunisasi.
Vaksin Mati Vaksin mati atau inaktif adalah vaksin yang dibuat dari mikroorganisme (virus, bakteri, dan lain-lain) yang telah dimatikan dengan proses menggunakan bahan kimia tertentu atau secara fisik. Mikroorganisme yang sudah mati ini tidak dapat menyebabkan penyakit. Untuk respon kekebalan tubuh, vaksin yang dibuat dari bakteri utuh yang sudah diinaktivasi apabila diberikan kepada seseorang tidak selalu bisa merangsang timbulnya respon imunitas dan walaupun timbul kekebalan mungkin tidak kebal seumur hidup. Disamping itu, vaksin mati tidak memberikan perlindungan jangka panjang, sehingga selalu membutuhkan pemberian berulang dikarenakan suntikan pertama belum menghasilkan kekebalan tubuh yang protektif, tetapi baru “mengenalkan”. Keamanan dan stabilitas vaksin
  • Vaksin sel utuh yang diinaktivasi tidak beresiko menimbulkan penyakit karena tidak mengandung komponen hidup dari kuman.
  • Vaksin ini lebih aman dan stabil dibandingkan vaksin yang berisi kuman yang dilemahkan.
Sifat vaksin mati berbeda dengan vaksin hidup yang respon imunnya menyerupai infeksi alamiah. Contoh vaksin mati adalah:
  • Vaksin utuh atau whole cell, seperti Vaksin Polio suntik, Vaksin Hepatitis A, Vaksin Influenza suntik, Vaksin Pertusis, dan Vaksin Tifoid.
  • Vaksin subunit, seperti Vaksin Hepatitis B, Vaksin Pertusis Aseluler, dan Vaksin HPV.
  • Vaksin Polisakarida, seperti Vaksin HiB, Vaksin Pneumokokus, dan Vaksin Meningokokus.
Untuk imunisasi, pemberian vaksin hidup lebih baik dibandingkan vaksin mati. Karena memberikan perlindungan jangka panjang dan melatih kekebalan sistem imun tubuh. Dosis vaksin yang diberikan pun harus tepat, tidak boleh kurang ataupun lebih. Vaksin yang diberikan terlalu banyak akan menghambat respon yang diharapkan. Sedangkan, apabila vaksin yang diberikan terlalu sedikit tidak akan merangsang sel imunokompeten. Sumber: Arifianto. 2014. Pro Kontra Imunisasi Agar Tak salah Memilih Demi Kesehatan Buah Hati. Jakarta: PT Mizan Publika dan WHO (World Health Organization)

Tagged :