Imunisasi Cara Paling Murah Mencegah Penyakit Hepatitis

Admin | Selasa, 31 Juli 2012

Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi mengaku risau atas makin maraknya kampanye antiimunisasi. Padahal upaya pencegahan penularan penyakit hepatitis B dan C dilakukan lewat imunisasi."Dengan imunisasi, bisa menyelamatkan nyawa jutaan bayi di Indonesia atas kemungkinan tertular penyakit hepatitis B dan C. Kalau sekarang marak gerakan antiimunisasi, sehingga banyak bayi tidak terlindungi, maka kita berdosa besar," kata Nafsiah dalam peringatan Hari Hepatitis Sedunia III, di Jakarta, beberapa hari lalu.Hadir dalam kesempatan itu Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang memberikan testimoni sebagai mantan pasien hepatitis.Ketika ditanyakan tentang para pihak yang antiimunisasi, Nafsiah mengatakan, pihaknya tidak mau menyebut nama. Namun, gerakan semacam itu sudah terlihat di tingkat akar rumput. Orangtua mulai enggan membawa bayinya untuk diberi imunisasi ke puskesmas.Menkes kembali menegaskan, imunisasi merupakan upaya pencegahan terbaik dari terjangkitnya penyakit hepatitis. "Hepatitis bisa dicegah. Sebagian hepatitis bisa diobati. Tapi, jalan terbaik adalah dengan mencegahnya melalui imunisasi terhadap bayi," ucapnya.Imunisasi merupakan cara yang paling murah dan efektif mencegah, dibandingkan dengan biaya setelah terkena penyakit hepatitis. Sama seperti penyakit lainnya yang tidak memperlihatkan gejala khusus, tibatiba seseorang didiagnosis terkena sirosis (pengerasan) hati, bahkan tidak sedikit yang masuk kategori kanker hati.Dijelaskan, dari berbagai jenis virus hepatitis, yang menyerang dan merusak hati adalah hepatitis jenis A, B, dan C di mana penularan bagi hepatitis A adalah melalui makanan atau lewat mulut.Sementara itu, penularan hepatitis B dan C adalah seperti HIV, yaitu melalui darah, hubungan seks, dan dari ibu ke bayi melalui plasenta. Sekitar 90 persen pengguna narkoba suntik terinfeksi HIV dan hepatitis B atau C. Padahal jika sudah tertular HIV, pengobatan hepatitis menjadi lebih sulit."Hepatitis mirip dengan HIV/AIDS karena virusnya samasama ditemukan di darah dan cairan kelamin, sehingga cara penularannya serupa. Pencegahannya pun mirip seperti menjaga kebersihan, hidup sehat dan menjauhi perilaku berisiko sehingga tidak terjadi penularan," tutur Nafsiah.
Organisasi PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan saat ini ada sekitar 100 juta orang menderita hepatitis B kronis dan 30 juta orang menderita hepatitis C kronis di Asia Tenggara. WHO juga memperkirakan lebih dari lima juta orang di kawasan Asia Tenggara akan meninggal sebagai konsekuensi dari meluasnya infeksi hepatitis dalam 10 tahun mendatang. "Karena itu, penting masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit hepatitis, guna meminimalisasi penderita yang terus bertambah setiap tahun," kata Menkes menegaskan. (Tri Wahyuni)
sumber : http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=308441

Tagged :